TRIBUNNEWS.COM - Central Intelligence Agency (CIA) memperingatkan agar pejabat Gedung Putih menahan diri untuk mengunggah pernyataan bermuatan politik di media sosial, terutama Facebook.
Peringatan ini menyoroti salah satu pejabat CIA yang kedapatan membagikan foto mengisyaratkan dirinya pro-Palestina di Facebook, dikutip dari Al Jazeera.
Sebagaimana diketahui, badan intelijen pusat Amerika Serikat (AS) itu "bertanggung jawab untuk memberikan informasi intelijen dan analisis kepada presiden.
Pejabat itu, yang merupakan Wakil Direktur Asosiasi CIA untuk analisis mengubah foto sampul Facebooknya dengan foto pria mengibarkan bendera Palestina pada 21 Oktober 2023 kemarin.
Tepatnya, dua minggu setelah Israel melancarkan serangan mematikan terhadap kelompok militan Hamas Palestina, Financial Times melaporkan.
Baca juga: Eyes Never Lie, Tatapan Penuh Cinta Maya Si Sandera Israel ke Tentara Hamas, Stockholm Syndrome?
Agen CIA tersebut juga berbagi foto selfie dengan tulisan "Free Palestine", serupa dengan tulisan-tulisan yang tersebar luas di ruang publik di seluruh negeri oleh para pengunjuk rasa pro-Palestina.
Financial Times tidak menyebutkan nama pejabat tersebut.
Dan CIA pun menyatakan keprihatinan atas keselamatannya.
Setelah dihubungi media, agen CIA itu dilaporkan telah menghapus postingan tersebut dan gambar lain yang dibagikan sebelumnya.
Dikutip NBC News, CIA kemudian mengirimkan memo internal dan menegaskan kembali kebijakannya terhadap pesan-pesan bermuatan politik di media sosial.
"Petugas tersebut adalah seorang analis karir dengan latar belakang luas di semua aspek Timur Tengah," kata seorang yang mengetahui tentang masalah ini kepada NBC News.
"Unggahan itu (bendera Palestina) tidak dimaksudkan untuk mengungkapkan posisinya mengenai konflik tersebut," urainya.
Baca juga: Teka-teki Israel, Netanyahu 6 Kali Tolak Bunuh Pemimpin Hamas Yahya Sinwar
Sumber itu menjelaskan lebih lanjut bahwa tulisan itu telah dibagikan beberapa tahun sebelum konflik terbaru pecah antara Israel-Hamas.
Ia juga bercerita bahwa akun Facebook pejabat CIA tersebut juga dipenuhi dengan postingan yang menentang antisemitisme, dikutip dari NY Post.
"Pejabat yang menjadi pusat perhatian media sosial baru-baru ini sebelumnya memimpin pengembangan dokumen rahasia berjudul President's Daily Brief," Financial Times melaporkan.
Memposting konten bermuatan politik di media sosial merupakan hal yang sangat tidak biasa bagi pejabat dengan peran intelijen yang sensitif.
Baik Kantor Direktur Intelijen Nasional maupun Gedung Putih pun tidak menanggapi permintaan komentar NY Post.
Baca juga: Dukung Gencatan Senjata Israel-Hamas, India Serukan Pembebasan Sandera Tanpa Syarat
Perpecahan yang mendalam
Unggahan itu makin menunjukkan adanya perpecahan yang mendalam di pemerintahan AS mengenai cara Presiden Joe Biden menangani perang Israel-Hamas.
Sejauh ini, perang Israel-Hamas telah menewaskan sekitar 15.000 warga Palestina dan menyebabkan sebagian besar Jalur Gaza hancur.
Insiden media sosial ini juga terjadi setelah pejabat pemerintah AS lainnya mendapat reaksi keras atas komentar publik mereka mengenai perang Gaza.
Pekan lalu, seorang mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS ditangkap setelah video dirinya melecehkan penjual makanan halal di New York.
Dengan menyerukan agar lebih banyak anak Palestina yang meninggal menjadi viral di media sosial.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)