Namun, peta tersebut, yang mencakup hampir 2.500 jaringan listrik, telah membingungkan banyak orang.
Sementara, internet dan listrik yang tidak dapat diandalkan membuat pembaruan menjadi sebuah tantangan.
Tidak Ada Tempat Aman di Gaza
Pengeboman baru ini menyusul berakhirnya gencatan senjata selama tujuh hari pada Jumat.
Baca juga: Ilmuwan Top Palestina dan Keluarganya Tewas akibat Serangan Israel di Gaza, Ini Sosoknya
Serangan udara yang intens semalam menewaskan lebih dari 100 warga Palestina, menurut otoritas Hamas.
Hal ini menambah jumlah korban tewas di Gaza sejak Sabtu (2/12/2023), menjadi lebih dari 800 orang.
Israel juga meningkatkan serangan terhadap kota Khan Younis di selatan, yang sebelumnya ditetapkan sebagai daerah aman.
“Ini terjadi ketika ratusan ribu warga Palestina meninggalkan rumah mereka dan mengungsi,” kata Hamdah Salhut dari AlJazeera, yang melaporkan dari Yerusalem Timur yang diduduki.
“Sementara Israel menyusun rencana pertempuran di bagian selatan Jalur Gaza, kenyataannya tidak ada tempat yang aman di Gaza pada akhir hari ke-58 perang ini."
“Perlu dicatat bahwa militer Israel belum menunjukkan pencapaian atau pencapaian militer yang besar, namun apa yang kita lihat adalah bencana kemanusiaan mengerikan yang terjadi di Jalur Gaza.”
Penggerebekan di Tepi Barat
Pasukan keamanan Israel juga melanjutkan penggerebekan mereka di Tepi Barat yang diduduki pada malam hari dan Senin pagi.
Mereka menargetkan kota-kota Ramallah, Jenin, Silwad, Jaffna, Jalazoun, Qalqilya, dan Hebron, menangkap puluhan orang, menurut kantor berita Palestina, Wafa.
Para pejabat Palestina mengatakan kepada Al Jazeera, setidaknya dua warga Palestina tewas pada Senin pagi dalam serangan tentara Israel di Qalqilya di utara.
Radio tentara Israel mengonfirmasi, dua “pria bersenjata” tewas dan satu lainnya terluka setelah serangan di kota tersebut.
Sumber lokal mengatakan kepada Al Jazeera, kedua jenazah tersebut dibawa pergi oleh pasukan Israel.