Keluarga Sandera Israel Meneriaki Kabinet Netanyahu karena Tak Punya Niat Selamatkan 138 Sandera
TRIBUNNEWS.COM- Keluarga sandera Israel meneriaki anggota kabinet perang yang dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Mereka para keluarga sandera Israel itu meneriaki kabinet Israel karena dianggap tak punya niat untuk menyelamatkan 138 sandera yang masih ditahan.
Anggota keluarga sandera yang masih ditahan di Gaza mengadakan pembicaraan yang menegangkan dengan Netanyahu dan kabinet perang pada hari Selasa (5/12/2023).
Pengamat yang hadir mengatakan lebih dari 100 orang menghadiri pertemuan yang berlangsung hampir tiga jam tersebut.
Beberapa kerabat meneriaki anggota kabinet, karena merasa mereka anggota kabinet Perang tidak mempunyai rencana segera untuk menyelamatkan 138 sandera yang masih disandera.
Hampir separuh ruangan tersisa dalam kekecewaan sebelum pertemuan berakhir.
Baca juga: Sandera Israel yang Dibebaskan: Kami Lebih Takut Israel akan Membunuh Kami dengan Bom, Bukan Hamas
Sandera yang Bebas: "Kami Khawatir Israel akan Membunuh Kami, Bukan Hamas"
Sebuah pengakuan jujur dari sandera warga Israel yang telah dibebaskan Hamas, mereka lebih khawatir tentara Israel sendiri yang akan membunuh mereka.
Mereka dengan jelas menyebutkan bukan Hamas yang menjadi kekhawatiran mereka dibunuh. Tapi khawatir militer Israel sendiri yang membunuh saat mereka disandera.
Media Amerika serikat, The Messenger dalam sebuah laporannya berjudul, Sandera yang Dibebaskan: Kami Khawatir Israel Akan Membunuh Kami, Bukan Hamas.
Wanita itu berbicara dalam pertemuan antara Kabinet Perang Israel dan baru-baru ini membebaskan sandera dan kerabat orang lain yang masih ditahan.
Baca juga: Hamas Sisakan Sandera Tentara Israel, Komandan Al-Qassam: Tak Ada Negosiasi, Biarkan Perang Berkobar
Warga Israel yang diculik oleh Hamas khawatir mereka akan terbunuh oleh serangan udara dari tentara asal negara mereka sendiri, dan kematian mereka disalahkan pada Hamas, bukan pada militer pemerintah, kata seorang sandera yang dibebaskan mengatakannya pada hari Selasa (5/12/2023).
Wanita yang tidak disebutkan namanya itu berbicara selama pertemuan sengit antara Kabinet Perang Israel dan baru-baru ini membebaskan sandera dan keluarga orang lain yang masih ditahan di Gaza, menurut situs berita Israel Ynet.
“Saya berada di sana dan saya tahu betapa sulitnya berada di tempat penyaderaan,” kata seorang wanita yang diculik dari kibbutz Nir Oz.
“Kami duduk di dalam terowongan dan kami sangat takut bukan Hamas, melainkan Israel sendiri yang akan membunuh kami, dan kemudian Israel akan berkata, 'Hamas yang membunuhmu.'”
Baca juga: Rencana Israel Banjiri Terowongan Hamas Pakai Air Laut, Nyawa Sandera Bisa Saja Terancam
Wanita itu menambahkan: "Jadi, saya mohon sesegera mungkin untuk mulai menukar tahanan dan semua orang harus kembali ke rumah."
“Tidak ada prioritas. Semua orang penting,” katanya mendesak segera dilakukan pertukaran tawanan.
Wanita itu juga menggambarkan dirinya berada "di dalam rumah ketika ada penembakan di mana-mana,".
Hal ini senada dengan pengakuan para sandera lain yang dibebaskan, yang mengatakan bahwa mereka dipindahkan oleh para penculiknya.
Baca juga: Inggris Kirim Pesawat Pengintai Sandera di Gaza, Janji Tak Bocorkan Info Lain ke Israel
Warga negara ganda Israel-Rusia Ron Krivoli dilaporkan memberi tahu bibinya bahwa dia melarikan diri dari sebuah gedung yang dihancurkan oleh pemboman yang dilakukan oleh militer Israel.
Krivoli menghabiskan empat hari bersembunyi dan mencoba mencapai perbatasan sebelum dia ditangkap oleh warga Palestina yang “mengembalikannya ke tangan teroris,” kata bibi Yelena Magid kepada radio Israel.
Pekan lalu, Krivoli dibebaskan oleh Hamas sebagai isyarat niat baik terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin, yang pemerintahannya merupakan satu-satunya kekuatan besar di dunia yang mendukung Hamas dalam konflik yang sedang berlangsung.
Israel mulai menyerang Gaza setelah Hamas melancarkan serangkaian serangan mendadak pada 7 Oktober.
Israel mengatakan sekitar 140 sandera masih disandera Hamas.
Baca juga: Kronologi Hamas-Israel Gagal Perbarui Gencatan Senjata setelah Debat soal Sandera di Gaza
Pada hari Selasa, Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan jumlah korban jiwa warga Palestina telah mencapai 16.000, menurut Times of Israel.
Korban berjumlah 16.248 orang dilaporkan mencakup lebih dari 7.000 anak-anak dan hampir 5.000 laki-laki, dengan 7.000 jenazah lainnya diyakini terkubur di bawah reruntuhan.
(Sumber: The Messenger)