TRIBUNNEWS.COM - Kelompok hak asasi media Reporters Without Borders (RSF) pada Kamis mendesak pemerintah Israel dan Mesir untuk membuka penyeberangan Rafah.
Tujuannya agar jurnalis bisa bergerak bebas melintasi perbatasan selatan Jalur Gaza dan menyeberang ke Mesir.
“Sehingga jurnalis akhirnya bisa datang dan pergi di kedua sisi perbatasan," kata RSF, dikutip dari Arab News.
Menurut RSF, Israel membiarkan jurnalis-jurnalis Palestina di Rafah tanpa diperbolehkan menyeberang ke Gaza.
"Jurnalis Palestina yang, seperti warga sipil lainnya di Gaza, harus meninggalkan rumah mereka di utara Jalur Gaza “kini diperintahkan oleh Israel untuk berkumpul di perbatasan dengan Mesir, tanpa kemungkinan untuk menyeberang,” kata RSF.
Sementara reporter Internasional tidak diperbolehkan masuk.
Baca juga: 100 Tentara Israel Menderita Kebutaan karena Ledakan Saat Menyerang Gaza, Laporan Media Israel
“Sebaliknya, reporter internasional dilarang masuk," jelasnya.
RSF mengatakan, sejak perbatasan Rafah ditutup, tidak ada reporter yang diperbolehkan masuk.
“Dalam dua bulan perang, tidak ada satupun reporter yang diizinkan memasuki Jalur Gaza melalui Rafah, yang jelas melemahkan kemampuan media untuk meliput konflik tersebut,” kata RSF.
Sementara setelah gencatan senjata berakhir, Israel menargetkan Khan Younis.
Kemudian para jurnalis memutuskan untuk kembali ke Rafah.
Namun sayangnya, tidak ada koneksi internet dan layanan telekomunikasi terputus.
“Setelah ancaman Israel terhadap Khan Yunis, jurnalis pindah ke Rafah, yang tidak memiliki internet, layanan komunikasi atau dukungan logistik untuk media,” kata jurnalis foto AFP di Gaza, Saeed al-Khatib.
Baca juga: Terlibat Bentrokan Sengit di Gaza, Brigade Al-Qassam Hancurkan 23 Kendaraan Israel
RSF menjelaskan, akibat serangan Israel, 58 jurnalis meninggal dunia, 14 di antaranya sedang menjalankan tugas.