TRIBUNNEWS.COM - Surat kabar Israel, Haaretz mengabarkan hasil investigasi terbaru sebelum Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) meluncurkan Operasi Badai Al-Aqsa di perbatasan Israel-Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023).
Laporan itu menyebut, Israel bisa saja mencegah operasi Hamas di pemukiman ilegal Israel di sekitar Jalur Gaza.
Namun, tentara Israel tidak bergerak atau gagal menghadapi serangan itu.
Haaretz merinci apa yang terjadi pada malam hari sebelum Hamas meluncurkan operasinya.
"Menurut penyelidikan, intelijen Israel mengeluarkan peringatan sebelum serangan perlawanan (Hamas), namun tentara pendudukan Israel tidak bergerak untuk mengevakuasi peserta festival musik Nova di dekat pemukiman Ra'im," lapor Haaretz, Kamis (7/12/2023).
"Tidak ada satupun pejabat militer yang memperingatkan penyelenggara atau peserta festival musik Nova dan selama 9 jam tidak ada yang datang untuk menyelamatkan mereka," lanjut laporan itu.
Baca juga: Pasukan Israel Kepung Rumah Pemimpin Hamas Yahya Al-Sinwar di Khan Younis Gaza Selatan
Peringatan soal Hamas
Investigasi Haaretz menyatakan, pasukan keamanan Israel menerima peringatan yang cukup, yang menunjukkan Hamas akan melakukan serangan di dalam pemukiman Israel.
Menurut laporan itu, hal ini aneh bahwa pejabat militer Israel mengizinkan festival Nova tersebut.
Bahkan, ketika mereka mengetahui peringatan tersebut, tidak ada seorang pun dari tentara yang memberi tahu ribuan peserta festival tentang bahaya tersebut atau meminta mereka untuk mengakhiri festival itu.
Menurut penyelidikan, 360 penonton konser tewas dalam serangan perlawanan Palestina, dan 40 di antaranya disandera oleh Hamas di Gaza.
Namun, penyelidikan Haaretz sebelumnya mengungkapkan tentara Israel lah yang membunuh mereka dalam serangan udara yang bertujuan mencegah anggota Hamas membawa beberapa dari mereka sebagai sandera ke Gaza.
Salah satu penyelenggara mengatakan jika mereka menerima peringatan satu jam sebelum serangan, mereka akan bisa mengevakuasi tempat tersebut dan menyelamatkan orang-orang dari kematian dan penyanderaan.
Baca juga: Media Israel: Sekitar 100 Tentara Israel Terluka di Mata, Banyak yang Jadi Buta Saat Perang di Gaza
Israel Gelar 2 Kali Rapat Dadakan
Menjelang Operasi Badai Al-Aqsa, sejumlah pejabat senior militer Israel melakukan diskusi.
Pertemuan pertama pihak militer dilakukan melalui telepon, yang diadakan pada Jumat (6/10/2023) sekitar tengah malam.
Diskusi ini melibatkan pejabat senior dari Dinas Keamanan Dalam Negeri Israel (Shin Bet) dan intelijen militer, bersama dengan kepala cabang operasi angkatan darat, Jenderal Oded Basiuk, kepala Komando Selatan, Mayor Jenderal Yaron, dan perwira senior lainnya.
Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Herzi Halevy diberitahu tentang peringatan dan konsultasi mendesak tersebut.
Pertemuan kedua diadakan pada Sabtu (7/10/2023) pukul tiga pagi dan melibatkan kepala Shin Bet, Ronen Bar.
Baca juga: Israel Telah Menerima 10.000 Ton Peralatan Militer dari Amerika Serikat Sejak Dimulainya Perang Gaza
Israel Mulai Memantau Gaza Pakai Drone
Setelah pertemuan pada Sabtu (7/10/2023) dini hari, tentara memutuskan untuk mengikuti pendapat Shin Bet yang mengatakan Hamas hanya melakukan latihan militer dan tidak mempersiapkan serangan di dalam wilayah Israel.
Namun karena kekhawatiran intelijen, tentara setuju bahwa pasukan militer selatan akan tetap waspada, jika Hamas hendak melancarkan serangan.
Investigasi menyebutkan, Komandan Brigade Utara Divisi Gaza, Kolonel Haim Cohen, mengetahui peringatan itu saat sebelumnya menandatangani izin menggelar konser.
Setelah pertemuan kedua, komandan pangkalan Palmachim, Jenderal Omri Do, mendapat perintah untuk memperkuat pemantauan pergerakan di Gaza melalui drone.
Pemantaun Gaza menggunakan drone mengindikasikan ada bahaya yang akan segera terjadi.
Baca juga: Korban Tewas Warga Palestina di Gaza Tembus 16.248 Orang, Israel Terus Lancarkan Gempuran
Israel Tempatkan Sejumlah Tentara
Pada Sabtu (7/10/2023) sekitar pukul tiga pagi setelah diskusi antar militer Israel, Shin Bet mengirimkan tim khusus ke pemukiman Nahal Oz untuk menangkap orang yang mungkin akan melakukan serangan.
Beberapa pasukan berada dalam keadaan siaga untuk sementara waktu dan pasukan khusus akan dipanggil jika diperlukan.
Petugas wanita Israel yang mengawasi pemukiman Kissufim melaporkan ada orang yang mencurigakan didekat pagar perbatasan Israel-Jalur Gaza.
Pasukan dari Brigade Golani yang tiba di sana lalu menembakkan gas air mata.
Sekitar pukul empat pagi, Israel meminta tim pasukan anti-terorisme untuk bersiaga hingga fajar.
Menurut informasi yang pertama diterima Haaretz, pada pukul lima pagi, titik pengamatan mengerahkan pasukan dari Brigade Golani di dekat pemukiman Nahal Oz karena ada orang yang mendekati perbatasan.
Ketika pasukan itu hendak mendekati perbatasan dengan jip, komandan mereka meminta mereka untuk menjauhi pagar karena khawatir akan ada rudal yang ditembakkan dari Gaza.
Tak Ada yang Beritahu Festival Nova soal Ancaman Keamanan
Di sisi lain, sepanjang malam itu, tidak ada seorang pun dari militer atau Shin Bet yang datang ke tempat festival musik Nova untuk memberitahu tentang bahaya keamanan.
Penyelenggara festival mengatakan tidak ada pasukan Israel yang ditempatkan di dekat pagar.
Seorang komandan mengatakan kepada Haaretz, tidak ada pihak yang memberitahu pasukan Israel yang bersiaga malam itu tentang festival Nova.
Hingga Operasi Banjir Al-Aqsa dimulai, tidak ada tentara Israel yang berada di perbatasan.
Haaretz menyebut, Brigade Izz al-Din al-Qassam (sayap militer Hamas) membunuh petugas polisi, penjaga keamanan dan warga sipil di festival Nova.
Sebelumnya, petugas keamanan berusaha menghadapi Hamas namun tidak mampu bertahan lama.
Pada Sabtu (7/10/2023), penyelenggara festival musik Nova menghubungi otoritas militer.
Ia berbicara dengan Letnan Kolonel Elad Zindani, kepala Komando Front Dalam Negeri di Divisi Gaza, dan menceritakan apa yang terjadi.
Namun, Divisi Gaza tidak mampu membantu dan menyarankan agar mereka mempertahankan diri.
Tidak ada pasukan Israel yang datang ke lokasi festival musik Nova sebelum pukul 15.00 sore pada hari itu.
Hamas Palestina vs Israel
Setelah meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa, Hamas menculik 240 orang dari wilayah Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan perang melawan Hamas dan meluncurkan pasukan ke Jalur Gaza pada keesokan harinya.
Pemboman Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 16.248 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Rabu (6/12/2023), lebih dari 2,2 juta warga Palestina menjadi pengungsi, dikutip dari Anadolu.
Selain itu, kekerasan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina juga terjadi di Tepi Barat, wilayah yang dipimpin Otoritas Pembebasan Palestina (PLO).
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel