Wanita itu berasal dari desa Nir Oz dekat perbatasan Gaza.
Mantan tawanan lainnya, yang dibebaskan bersama anak-anaknya, mengeluh kepada Netanyahu dan anggota kabinet perang lainnya bahwa mereka merasa tidak ada seorang pun yang melakukan sesuatu untuk kebebasan dan keselamatan mereka.
Baca juga: Tolak PLO Kuasai Gaza, Netanyahu: Selama Saya Jadi PM Israel, Abbas Hanya Bermimpi
“Kenyataannya adalah saya berada di tempat persembunyian yang dibom, dan kami menjadi pengungsi yang terluka."
"Ini belum termasuk helikopter yang menembaki kami dalam perjalanan ke Gaza,” katanya.
Baca juga: Terlibat Bentrokan Sengit di Gaza, Brigade Al-Qassam Hancurkan 23 Kendaraan Israel
Wanita itu mengecam pemerintah Israel atas klaim bahwa mereka memiliki “intelijen” terhadap aktivitas Hamas namun Pasukan Pertahanan Israel tanpa henti memborbardir Gaza.
“Anda mengklaim ada informasi intelijen, namun kenyataannya kami dibom,” kata wanita tersebut, Ynet melaporkan.
“Suami saya dipisahkan dari kami tiga hari sebelum kami kembali ke Israel dan dibawa ke terowongan.”
"Dan Anda berbicara tentang membanjiri terowongan dengan air laut?"
"Anda membom rute terowongan tepat di tempat mereka berada."
Dalam rekaman pertemuan yang memanas di kota Herzliya itu, para peserta, yang juga termasuk anggota keluarga para tawanan, terdengar meneriaki Netanyahu.
Mereka menyerukan perdana menteri Israel untuk mengundurkan diri, The Times of Israel melaporkan.
Secara total, 105 sandera dibebaskan selama gencatan senjata seminggu yang berakhir pada hari Jumat (1/12/2023), namun 130 hingga 140 lainnya masih berada di Gaza, termasuk 20 wanita.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)