Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, GAZA - Menurut laporan Wakil Direktur Program Pangan Dunia PBB Carl Skau, setengah dari penduduk Gaza saat ini dilanda kelaparan massal buntut dari perang yang terus berlanjut antara Israel dan Hamas.
"Kondisi di Gaza membuat pengiriman hampir mustahil bahkan karena perang 9 dari 10 keluarga di Gaza tidak bisa makan secara rutin setiap hari,” ujar Skau, dikutip dari BBC International.
Ancaman bencana kelaparan mulai dialami jutaan warga Gaza, usai Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu menolak ajakan Hamas untuk memperpanjang gencatan senjata sementara.
Baca juga: Ikuti Skenario AS, PA Mau Gandeng Hamas Sebagai Mitra Junior Penguasa Gaza, Netanyahu Jawab A dan B
Hal ini yang membuat puluhan truk bantuan kemanusiaan PBB yang berisi makanan, air bersih, obat-obatan, hingga perlengkapan medis tertahan di pintu masuk Rafah-Gaza.
Badan Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Med bahkan menggambarkan situasi yang tengah terjadi di Gaza sebagai "perang kelaparan" setelah seluruh penduduk Gaza menghadapi krisis pasokan pangan.
“Dampak blokade yang dilakukan Israel, saya menyaksikan kebingungan di gudang, titik distribusi dengan ribuan orang yang kelaparan, supermarket dengan rak-rak yang kosong, dan tempat penampungan yang penuh sesak dengan kamar mandi yang pecah,” kata Skau.
Tindakan pemblokiran seperti ini bukan kali pertama yang dilakukan Israel, sebelumnya jutaan masyarakat Palestina terpaksa hidup tanpa pasokan air dan listrik selama berhari – hari, usai Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu memerintahkan perusahaan listrik milik negaranya untuk menghentikan pasokan ke Jalur Gaza.
Baca juga: Hamas Sebut Tentara Israel Teroris Karena Telanjangi Warga Palestina
Imbas masalah tersebut, Penasihat strategis Komite Internasional Palang Merah, Michael Talhami, mengungkapkan bahwa warga Gaza saat ini diintai berbagai penyakit menular seperti kolera, diare, hepatitis A, dan tifus sebagai akibat dari aksi yang tidak berperikemanusiaan tersebut.
Korban Tewas Tembus 17.487 Jiwa
Hingga kini Kementerian Kesehatan Palestina dan Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS), Palestina mencatat sebanyak 17.487 warga Gaza dilaporkan tewas akibat Israel meningkatkan invasi perang sejak 7 Oktober 2023.
Kondisi Gaza yang kian memprihatinkan mendorong Dewan Keamanan PBB untuk menggelar rapat penanganan kondisi di Jalur Gaza. Namun, AS sebagai anggota tetap dewan keamanan menggunakan hak vetonya untuk menggagalkan resolusi damai itu.
Baca juga: Hamas Sebut Tentara Israel Teroris Karena Telanjangi Warga Palestina
Seperti dilansir Reuters, Washington menilai resolusi yang diajukan oleh Dewan Keamanan PBB dan Uni Emirat Arab itu terburu-buru dan tidak seimbang AS juga menilai keputusan resolusi gencatan senjata hanya akan memperburuk kondisi di medan pertempuran.
Tak hanya itu Amerika juga menilai seruan resolusi gencatan senjata sebagai tindakan 'berbahaya' karena akan memampukan Hamas untuk menanggulangi serangan mematikan terhadap Israel seperti yang terjadi pada 7 Oktober lalu.
"Kami tidak mendukung seruan resolusi ini untuk gencatan senjata yang tidak berkelanjutan yang hanya akan menanam benih bagi perang berikutnya," ucap Wakil Perwakilan Tetap AS untuk PBB, Robert Wood..
Sementara itu, merespon sikap Amerika banyak negara yang menyatakan kekecewaannya terhadap sikap AS yang menggagalkan resolusi DK PBB, diantaranya Uni Emirat Arab, Iran, China, Rusia, Prancis, Turki, hingga Malaysia.
“Selama AS mendukung kejahatan rezim Zionis (Israel) dan kelanjutan perang, ada kemungkinan terjadinya ledakan yang tidak terkendali dalam situasi di kawasan ini,” kata Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres melalui panggilan telepon.