Gaza Tak Bisa Dihuni Bila Banjir Air Laut, PBB: Ya, Israel Mau Usir Warga Palestina ke Mesir
Banyak warga Palestina di Gaza hanya punya satu pilihan: meninggalkan wilayah kantong yang terkepung itu, menurut ketua UNRWA, Philippe Lazzarini.
TRIBUNNEWS.COM - Mulainya tentara Israel (IDF) membanjiri air laut Mediterania ke Gaza dengan dalih merendam jaringan terowongan Hamas, dinilai akan memiliki dampak kehancuran lebih luas di wilayah kantung tersebut.
Jutaan kubik air laut yang diperkirakan akan dipompa melalui sekitar tujuh mesin ke bawah permukaan tanah Gaza, dinilai akan menghancurkan ekosistem air yang membuat wilayah itu tidak bisa ditinggali lagi.
Baca juga: Pengusiran Warga Gaza Dimulai, Israel Tekan Mesir Terima Pengungsi dengan Imbalan Penghapusan Utang
Jika Gaza tidak lagi bisa dihuni, maka ini sejalan dengan rencana Israel yang terang-terangan berupaya merelokasi paksa warga Palestina dari wilayah tersebut.
Hal itu bahkan diakui oleh kepala Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) Philippe Lazzarini di sebuah kolom opini Los Angeles Times, Sabtu kemarin.
"Tentara Israel sedang mempersiapkan pengusiran massal warga Palestina ke Mesir dan menciptakan kondisi yang membuat mereka tidak mungkin kembali ke rumah mereka yang hancur di Gaza," kata kepala badan pengungsi Palestina di PBB tersebut.
“Perserikatan Bangsa-Bangsa dan beberapa negara anggota, termasuk AS, dengan tegas menolak pemindahan paksa warga Gaza keluar dari Jalur Gaza,” tulisnya
“Tetapi perkembangan yang kita saksikan menunjukkan adanya upaya untuk memindahkan warga Palestina ke Mesir, terlepas dari apakah mereka tinggal di sana atau dimukimkan kembali di tempat lain,” tambahnya.
Baca juga: Mesir Ancam Putuskan Hubungan dengan Israel Jika Warga Palestina Mengungsi ke Sinai
Juru bicara Kementerian Pertahanan Israel membantah tuduhan Lazzarini, dan mengatakan Tel Aviv tidak pernah memiliki rencana untuk mendorong warga Gaza ke Mesir.
Namun, dua anggota parlemen Israel bulan lalu menulis di kolom editorial Wall Street Journal kalau mereka ingin melihat negara-negara di seluruh dunia menyambut pengungsi Gaza yang memilih untuk pindah.
Agresi Israel yang sedang berlangsung di Gaza telah menyebabkan lebih dari 1,8 juta orang mengungsi, yang merupakan pengungsian paksa terbesar warga Palestina sejak tahun 1948, kata Lazzarini.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 17,997 warga Palestina telah terbunuh dan 49,229 orang tewas dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza mulai tanggal 7 Oktober.
Perkiraan Pemerinatah Palestina dan lembaga internasional menyebutkan kalau mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.
Korban warga Palestina termasuk lebih dari 270 orang yang berlindung di fasilitas UNRWA pada saat mereka terbunuh.
Lazzarini mengatakan banyak dari tempat perlindungan tersebut berada di wilayah tengah dan selatan Gaza yang dianggap lebih aman dibandingkan wilayah utara, yang menjadi fokus utama agresi militer dan bombardemen Israel.
“Kenyataan yang menyedihkan adalah warga Gaza tidak aman di mana pun: tidak di rumah, tidak di rumah sakit, tidak di bawah bendera PBB, tidak di utara, tengah, atau selatan,” tambahnya.
Para penyintas kini terkepung dan bersembunyi di “daerah kecil” di Gaza selatan, dekat perbatasan Mesir, kata Lazzarini.
Banyak dari mereka hanya punya satu pilihan: meninggalkan daerah kantong yang terkepung itu.
“Dilihat dari diskusi kebijakan dan kemanusiaan yang sedang berlangsung, sulit dipercaya bahwa warga Palestina di Gaza yang mengungsi hari ini akan diizinkan –atau bahkan bersedia– untuk kembali ke rumah mereka yang hancur dalam waktu dekat,” kata pejabat PBB tersebut.
Resolusi Dewan Keamanan PBB yang akan menjadi perantara gencatan senjata di Gaza diveto oleh AS pada hari Jumat.
Baca juga: Angkatan Bersenjata Yaman Makin Galak di Laut Merah, Orang Dalam Arab Saudi Gabung Satgas Laut AS
Pakai Tujuh Pompa, Ribuan Meter Kubik Air Per Jam
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan menempatkan sejumlah pompa besar air di dekat kamp pengungsi al-Shati di Kota Gaza.
Pompa-pompa air ini mampu membanjiri terowongan dalam waktu beberapa minggu dengan memompa ribuan meter kubik air per jam.
Tujuannya adalah untuk memberantas jaringan bawah tanah, memaksa pejuang Hamas untuk muncul ke permukaan.
Upaya militer Israel mulai memompa air laut ke terowongan di Gaza ini mengindikasikan kalau mereka sudah tak peduli masih ada 135 warga Israel yang masih ditawan di Gaza.
Baca juga: Membanjiri Gaza Pakai Air Laut, Bukti Perintah Take No Prisoners Israel, Rusia: Kejahatan Perang!
Dilaporkan beberapa media, Israel mulai memompa air laut ke terowongan di Gaza. Banjir diperkirakan akan memerlukan waktu selama beberapa minggu.
Militer Israel telah mulai memompa air laut ke dalam jaringan terowongan yang diduga digunakan oleh kelompok pejuang Palestina Hamas di Gaza, menurut sebuah laporan yang diterbitkan Selasa.
The Wall Street Journal, mengutip para pejabat AS yang diberi pengarahan mengenai operasi militer Israel, mengatakan tindakan membanjiri terowongan dengan air dari Laut Mediterania adalah bagian dari strategi lebih luas yang digunakan Israel untuk menghancurkan terowongan.
Baca juga: IDF Rilis 11 Foto Pemimpin Senior Hamas Kumpul di Terowongan, 5 di Antaranya telah Terbunuh
Upaya ini dilaporkan masih dalam tahap awal.
Sistem terowongan ini membentang sepanjang 300 mil dan penggunaan pintu anti ledakan yang tebal sedang dikaji oleh pihak Israel menurut para pejabat AS.
Permulaan banjir, sebuah proses yang diperkirakan memakan waktu beberapa minggu.
Dimulai bersamaan dengan pemasangan dua pompa tambahan oleh Israel untuk melengkapi lima pompa yang ditambahkan pada bulan sebelumnya.
Tes pendahuluan dilakukan bulan lalu, kata para pejabat AS.
Langkah tersebut, yang pertama kali diumumkan oleh surat kabar tersebut awal bulan ini, telah menuai kritik, beberapa pihak mengatakan hal itu akan menciptakan bencana lingkungan dan memperburuk situasi air bersih di Gaza.
Beberapa pejabat dari pemerintahan Joe Biden telah menyuarakan keprihatinan atas keputusan Israel membanjiri terowongan dengan air laut tersebut.
Mereka mengatakan penggunaan air laut mungkin tidak efektif dan dapat membahayakan pasokan air tawar Gaza, menurut laporan tersebut.
Baca juga: Pasang Jebakan di Pintu Terowongan, Brigade Al-Qassam Hancurkan 79 Ranpur Israel dalam 72 Jam
Israel yakin sistem bawah tanah telah menjadi kunci operasi para pejuang Hamas di medan perang.
Israel telah membombardir Jalur Gaza dari udara dan darat, melakukan pengepungan dan melancarkan serangan darat.
Setidaknya 18.412 warga Palestina telah terbunuh dan 50.100 lainnya terluka dalam serangan gencar Israel sejak saat itu, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Korban tewas Israel dalam serangan pejuang Hamas mencapai 1.200 orang, sementara hampir 139 sandera masih disandera, menurut angka resmi.
Baca juga: Israel Kepung Rumah Yahya Sinwar, Netanyahu: Pemimpin Hamas Sembunyi di Terowongan
Memakan Waktu Berminggu-minggu
The Wall Street Journal, mengutip para pejabat Amerika, mengatakan pada hari Selasa bahwa tentara Israel telah mulai memompa air laut ke dalam terowongan milik gerakan Hamas di Gaza.
Menurut para pejabat Amerika yang akrab dengan operasi militer Israel, banjir di terowongan, yang kemungkinan akan memakan waktu berminggu-minggu, dimulai pada saat Israel menambahkan dua pompa lagi ke lima pompa yang dipasang bulan lalu, dan melakukan beberapa tes awal.
Mereka menambahkan bahwa manfaat penggunaan air laut di labirin bawah tanah yang luas dan membentang sekitar 300 mil (sekitar 482 kilometer) dan memiliki pintu tebal “masih dievaluasi oleh Israel.”
The Wall Street Journal melaporkan bahwa operasi ini dilakukan sebagai bagian dari upaya intensif Israel, dengan tujuan menghancurkan struktur militer bawah tanah Hamas.
Dia menjelaskan: “Langkah membanjiri terowongan dengan air dari Laut Mediterania hanyalah salah satu dari beberapa langkah yang diambil Israel untuk mencoba mendisinfeksi dan menghancurkan terowongan.”
Baca juga: Israel Bisa Saja Banjiri Terowongan Hamas, tapi Pakar Ingatkan Ada Risiko Besar Menanti
Juru bicara Menteri Pertahanan Israel menolak mengomentari perkembangan ini, dengan mengatakan bahwa operasi terowongan bersifat rahasia.
Beberapa pejabat di pemerintahan Joe Biden menyatakan kekhawatirannya bahwa penggunaan air laut mungkin tidak efektif, dan dapat membahayakan pasokan air bersih Gaza, menurut surat kabar Amerika.
Para pejabat Israel mengatakan bahwa jaringan bawah tanah Hamas yang besar sangat penting untuk operasinya, dan menambahkan bahwa sistem terowongan tersebut digunakan oleh Hamas untuk melakukan manuver pejuang di medan perang dan menyimpan roket dan amunisi, selain untuk menyembunyikan sandera yang mereka pegang.
(oln/TC/*/Sky News Arabia/Anadolu Ajansi)