Azerbaijan belum lama ini mendapatkan kembali kendali atas Nagorno-Karabakh.
Dikutip Al Jazeera, Nagorno-Karabakh secara internasional dianggap sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi selama beberapa dekade berada di bawah kendali separatis Armenia.
Armenia dan Azerbaijan telah berperang dua kali terkait Nagorno-Karabakh sejak runtuhnya Uni Soviet, dan perjanjian gencatan senjata di antara mereka terbukti rapuh.
Awal tahun ini, Armenia mengakui bahwa wilayah tersebut adalah bagian dari Azerbaijan, namun masih ada perpecahan mengenai masa depan pemerintahannya.
Baca juga: Etnis Armenia Tuntut Jaminan Keamanan sebelum Berikan Senjatanya kepada Azerbaijan
Hubungan Azerbaijan dan Rusia
Azerbaijan, yang telah menjalin hubungan lebih erat dengan Rusia, adalah produsen minyak dan gas utama.
Minyak dan gas menyumbang hampir separuh PDB negara tersebut dan lebih dari 90 persen ekspornya.
Parlemen Armenia baru saja memutuskan untuk bergabung dengan Mahkamah Pidana Internasional pada Selasa (3/10/2023).
Dengan bergabungnya Armenia ke ICC, negara bekas Uni Soviet itu wajib menangkap Putin, jika ia mengunjungi Yerevan.
Dilansir dari The Guardian, keputusan Armenia pun semakin memperburuk hubungannya dengan Moskow.
Hubungan keduanya sudah rusak sejak invasi Putin ke Ukraina dan perebutan Nagarno-Karabakh dengan Azerbaijan.
Baca juga: Presiden Azerbaijan Minta Maaf ke Putin, Pasukannya Bunuh Tentara Rusia di Nagorno-Karabakh
Kremlin memperingatkan bahwa keputusan Armenia untuk gabung dengan ICC menunjukkan permusuhan dengan Rusia.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menggambarkan keputusan Armenia untuk bergabung dengan ICC "tidak pantas, dari sudut pandang hubungan bilateral".
"Moskow sama sekali tidak setuju dengan pernyataan Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan bahwa Yerevan memutuskan menyetujui Statuta Roma," kata Peskov.