Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, GAZA – Serangan militer yang dilakukan pasukan Israel di kawasan kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah kembali memakan korban jiwa, salah satunya jurnalis sekaligus juru kamera Al Jazeera, Samer Abu Daqqa.
Menurut laporan media lokal Palestina, Samer Abu Daqqa menjadi target tembak pasukan Israel saat melakukan peliputan bersama jurnalis Palestina Wael al-Dahdouh di Sekolah Menengah Khusus Perempuan di Khan Younis.
Imbas serangan tersebut Samer Abu Daqqa mengalami pendarahan parah, namun ketika Abu Daqqa akan dievakuasi dan diberikan penangan medis pasukan Israel menolak.
Mereka bahkan mengancam akan menyerang para relawan apabila nekat mengevakuasi para korban. Akibatnya Samer dinyatakan tewas usai kehabisan darah selama lebih dari 5 jam.
Dari cuplikan video yang diterbitkan oleh Al Jazeera menunjukkan Samer terbaring di tanah setelah meninggal kehabisan darah.
Seorang petugas medis Palestina, dengan seragam medis berlumuran darah, tampak berdiri di tengah kerumunan orang sambil mengumandangkan azan.
"Setelah Samer terluka, dia dibiarkan mati kehabisan darah selama lebih dari 5 jam, karena pasukan Israel mencegah ambulans dan petugas penyelamat untuk menjangkaunya, sehingga tidak memberikan perawatan darurat yang sangat dibutuhkan," kata Al Jazeera, seperti dilansir Al Arabiya dan AFP, Sabtu (16/12/2023).
Baca juga: 3 Sandera Warga Israel yang Ditembak IDF Sempat Kibarkan Bendera Putih
Dengan terbunuhnya Samer Abu Daqqa, kini jumlah jurnalis dan pekerja media yang terbunuh di Gaza mencapai lebih dari 90 orang, terhitung sejak dimulainya perang antara Hamas dan Israel pada 7 Oktober lalu.
"Kami menganggap ini pukulan telak terhadap kebebasan pers yang sudah terbatas di Gaza, kami meminta militer Israel untuk menyelidiki insiden ini, " katanya juru bicara Al Jazeera.
Baca juga: Jurnalis Tewas akibat 2 Bulan Perang di Gaza Lebih Banyak Dibanding 18 Tahun Perang Vietnam
Banyak pihak menilai serangan Israel dengan menargetkan para jurnalis di Gaza sengaja dilakukan sebagai upaya untuk mengintimidasi para jurnalis agar mereka tidak mendokumentasikan pembantaian yang dilakukan militer Israel di Jalur Gaza.
“Satu lagi martir kebenaran telah dibunuh oleh Israel di Gaza, Israel tampak melakukan segala daya yang dimilikinya untuk membungkam suara kebenaran, seiring dengan upaya mereka yang secara sistematis melenyapkan rakyat Palestina di Jalur Gaza yang terkepung,” ujar redaktur pelaksana The Palestine Chronicle Romana Rubeo.