TRIBUNNEWS.COM - Dua sumber keamanan Mesir mengatakan pada hari Minggu (17/12/2023), bahwa Israel dan Hamas sama-sama terbuka soal gencatan senjata baru dan pembebasan sandera.
Namun, masih ada perbedaan pendapat mengenai bagaimana gencatan senjata skema pertukaran tawanan itu akan dilaksanakan, Reuters melaporkan.
Mesir dan Qatar, yang menjadi penengah perundingan gencatan senjata sebelumnya, bersikeras mempercepat bantuan dan pembukaan penyeberangan Kerem Shalom sebelum negosiasi dimulai, kata sumber tersebut.
Sumber-sumber Mesir awalnya mengatakan bantuan itu sempat ditahan untuk memasuki Gaza ditahan.
Harapan terwujudnya gencatan senjata lagi meningkat pada hari Sabtu ketika kepala mata-mata Israel dilaporkan telah berbicara dengan perdana menteri Qatar.
Hamas dilaporkan berniat menetapkan daftar sandera untuk dibebaskan.
Baca juga: 3 Sekutu Israel Serukan Gencatan Senjata di Gaza
Hamas juga menuntut agar pasukan Israel mundur ke belakang garis yang telah ditentukan, kata sumber tersebut kepada Reuters.
Israel menyetujui Hamas yang menetapkan daftar tersebut.
Tetapi sumber-sumber tersebut, mengatakan bahwa Israel ingin melihat daftar tersebut terlebih dahulu sebelum menetapkan waktu dan durasi gencatan senjata.
Selain itu, Israel menolak untuk menarik diri, tambah sumber tersebut.
Hamas mengatakan, gencatan senjata sepenuhnya merupakan prasyaratan untuk pembebasan sandera, kata sumber tersebut.
“Penting bagi saya untuk memperjelas, IDF (Pasukan Pertahanan Israel) bertekad menyelesaikan tugas memberantas Hamas,” kata juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari dalam konferensi pers, Minggu.
"Kami terbuka terhadap segala upaya yang bertujuan untuk mengakhiri agresi Israel," kata pejabat Hamas Sami Abu Zuhri ketika dimintai komentar oleh Reuters mengenai gencatan senjata baru.
"Ini adalah dasar untuk diskusi apa pun."
Analis Optimis
Baca juga: Menlu Prancis Catherine Colonna Serukan Gencatan Senjata Kemanusiaan Segera di Gaza
Mengutip Al Jazeera, analis Youcef Bouandel mengatakan dia optimis akan adanya gencatan senjata baru.
Ada beberapa alasan yang menurutnya gencatan senjata akan terlaksana lagi.
“Pertama, pembunuhan para sandera oleh pasukan Israel sendiri,” kata profesor hubungan internasional di Universitas Qatar itu kepada Al Jazeera.
Pasukan Israel secara keliru membunuh tiga tawanan Israel di Gaza pada hari Jumat lalu.
Para tawanan itu bertelanjang dada dan salah satu dari mereka bahkan mengibarkan bendera putih tanda menyerah atau "jangan menyerang."
“Kedua, keluarga para sandera memberikan tekanan pada Netanyahu dan pemerintahannya untuk berbuat lebih banyak,” kata Bouandel.
Ia menambahkan bahwa alasan ketiga – dan yang paling penting – adalah bahwa pembebasan tawanan tidak mungkin terjadi ketika pemboman di Jalur Gaza terus berlanjut.
Peristiwa penting pada hari ke-73 perang di Gaza
Senin (18/12/2023) adalah hari ke-73 perang di Gaza dan begini kondisi terbarunya:
- Serangan udara Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia menewaskan sedikitnya 90 orang dan melukai lebih dari 100 lainnya.
Baca juga: 50 Orang Tertimbun Reruntuhan di Jabalia, Buntut Serangan Israel
- Harga minyak naik hampir 1 persen di perdagangan Asia karena serangan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan penurunan ekspor dari Rusia memicu kekhawatiran pasokan.
- Para pejabat Palestina mengatakan tentara Israel menahan Ahmed Muhanna, direktur Rumah Sakit al-Awda di Gaza, di lokasi yang tidak diketahui.
- Freedom Theatre di Jenin terus menuntut pembebasan segera direkturnya, Mustafa Sheta, dan guru akting, Jamal Abu Joas.
- Pada hari Minggu, militer Israel menolak klaim bahwa pasukannya “membunuh” dua wanita yang berlindung di sebuah gereja Katolik di Gaza.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)