TRIBUNNEWS.com - Kelompok sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam, merilis video berdurasi satu menit yang memperlihatkan tiga sandera Israel lanjut usia (lansia) memohon agar segera dibebaskan.
Ketiga sandera itu diidentifikasi sebagai pejabat Israel, Chaim Peri (79); Yoram Metzger (80); dan Amiram Cooper (84).
Mereka dibawa ke Gaza pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas melancarkan serangan ke Israel.
Dalam video itu, Peri yang duduk di tengah, mengatakan dalam bahasa Ibrani ia ditahan bersama sandera lansia lainnya yang menderita penyakit kronis.
Menurut Peri, kondisi sandera lansia sangat buruk karena penyakit yang mereka derita.
Baca juga: Sosok Penting di Balik Terowongan Hamas Terbesar di Gaza, Mohamed Sinwar, Masuk Daftar Buron IDF
"Kami adalah generasi yang membangun landasan penciptaan Israel. Kamilah yang memulai militer IDF."
"Kami tidak mengerti mengapa kami ditinggalkan di sini," kata Peri mengacu pada Pasukan Pertahanan Israel (IDF), dikutip dari AlJazeera.
"Anda (Israel) harus membebaskan kami dari sini, tidak peduli berapa biayanya."
"Kami tidak ingin menjadi korban serangan udara militer IDF. Bebaskan kami tanpa syarat apapun," pinta Peri.
Video itu diakhiri dengan Peri dan dua sandera lainnya berkata bersama, "Jangan biarkan kami menjadi tua di sini."
Media Israel melaporkan ketiga sandera tersebut berasal dari kibbutz Nir Oz di sepanjang perbatasan Israel, yang menjadi sasaran serangan 7 Oktober.
Peri berada di rumahnya di Nir Oz selama serangan itu, kata laporan media Israel.
Ia mencoba mengusir orang-orang bersenjata sambil menyembunyikan istrinya di belakang sofa, kata putranya kepada kantor berita Reuters.
Namun, Peri akhirnya menyerahkan diri untuk menyelamatkan istrinya, yang masih bersembunyi, kata laporan itu.
Diketahui, Hamas telah menjadi fokus serangan Israel tanpa henti di Gaza.
Bahkan, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah bersumpah akan memusnahkan Hamas.
Beberapa waktu lalu, Netanyahu mengatakan "tidak ada yang bisa menghentikan" Israel untuk melanjutkan perang di Gaza.
"Kami akan melanjutkannya (perang) sampai akhir. Tidak ada pertanyaan sama sekali."
Baca juga: Foto-foto Terowongan Hamas yang Ditemukan Israel, Terbesar di Gaza, Habiskan Dana Jutaan Dolar
"Saya mengatakan ini karena rasa sakit yang luar biasa, tetapi juga karena tekanan internasional."
"Tidak ada yang bisa menghentikan kami. Kami akan berjuang sampai akhir, sampai (meraih) kemenangan, tidak kurang dari itu," kata Netanyahu dalam pernyataan video yang dirilis oleh kantornya, Rabu (13/12/2023), dikutip dari AFP.
Selain Netanyahu, para pemimpin Israel juga mengatakan mereka berniat melanjutkan perang di Gaza untuk melawan Hamas.
Padahal, Israel mendapat tekanan internasional yang semakin meningkat, termasuk sekutu utamanya, AS.
Pemungutan Suara soal Resolusi Gencatan Senjata Ditunda
Dewan Kemanan PBB menunda pemungutan suara mengenai resolusi gencatan senjata di Gaza hingga Selasa (19/12/2023).
Penundaan itu dilakukan karena adanya perundingan berlanjut mengenai dokumen tersebut, kata sumber diplomatik di PBB kepada AFP.
Diketahui, Uni Emirat Arab adalah yang memperkenalkan rancangan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza.
Namun, mereka meminta agar pemungutan suara, yang dijadwalkan pada Senin, ditunda satu hari, kata sebuah sumber.
Proposal tersebut menuntut agar Israel dan Hamas mengizinkan akses bantuan ke Jalur Gaza – melalui jalur darat, laut, dan udara.
Selain itu, mereka juga mendesak agar PBB mengatur pemantauan terhadap bantuan kemanusiaan yang diberikan.
Para diplomat mengatakan pada Minggu (17/12/2023), bahwa nasib rancangan resolusi Dewan Keamanan bergantung pada perundingan akhir.
“Kami telah terlibat secara konstruktif dan transparan di seluruh proses dalam upaya untuk bersatu dalam menghasilkan produk yang lolos,” kata seorang pejabat AS, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya.
AS ingin mengurangi nada bicara mengenai penghentian permusuhan, kata para diplomat.
Baca juga: Terowongan Terbesar Hamas Ditemukan, Israel: Ada Rel, Mobil Bisa Masuk, Membentang Sepanjang 4 Km
Rancangan teks tersebut, yang dilihat oleh Reuters, saat ini “menyerukan penghentian permusuhan yang mendesak dan berkelanjutan untuk memungkinkan akses kemanusiaan yang aman dan tanpa hambatan.”
Para pejabat PBB dan badan-badan bantuan memperingatkan akan adanya bencana kemanusiaan di Gaza, kelaparan massal dan penyakit.
Resolusi dewan memerlukan setidaknya sembilan suara setuju dan tidak ada veto dari AS, Prancis, Tiongkok, Inggris, atau Rusia.
Awal bulan ini, Washington memveto resolusi dewan beranggotakan 15 orang yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera antara Israel dan militan Palestina di Gaza.
Majelis Umum PBB yang beranggotakan 193 orang kemudian menuntut gencatan senjata pekan lalu dan 153 negara memberikan suara mendukungnya.
AS dan Israel menentang gencatan senjata karena mereka yakin hal itu hanya akan menguntungkan Hamas.
Washington malah mendukung jeda dalam pertempuran untuk melindungi warga sipil dan mengizinkan pembebasan sandera yang disandera oleh Hamas dalam serangan mematikan terhadap Israel pada 7 Oktober.
Israel telah membombardir Gaza dari udara, memberlakukan pengepungan dan melancarkan serangan darat sebagai pembalasan atas serangan 7 Oktober yang menurut Israel menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan 240 orang disandera.
Sekitar 19.000 warga Palestina telah terbunuh, menurut pejabat kesehatan Gaza.
Perkembangan Terkini
Masih dikutip dari AlJazeera, berikut ini perkembangan terkini pendudukan di Gaza:
- Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, mengumumkan pembentukan koalisi multinasional sebagai tanggapan terhadap serangan Houthi di Laut Merah.
Seorang pejabat Houthi mengatakan kelompok pemberontak Yaman akan menghadapi kekuatan semacam itu.
- Beberapa warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Nuseirat, Rafah, dan Deir el-Balah di Gaza tengah dan selatan.
Baca juga: Aksi Houthi di Laut Merah Bikin Remuk Israel: 5 Pelayaran Raksasa Mundur, Ekonomi Tel Aviv Hancur
Di Kota Gaza, pasukan Israel menyerang Rumah Sakit al-Ahli.
- Pasukan Israel melakukan penggerebekan di Tepi Barat yang diduduki, dan empat warga Palestina tewas dalam penggerebekan di kamp pengungsi al-Far’a.
- Anggota parlemen AS mendesak Presiden Biden untuk menekan Israel agar “mengubah taktik di Gaza”.
- Negosiasi berlanjut mengenai kemungkinan resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai Gaza.
Para diplomat mengatakan pemungutan suara ditunda hingga Selasa, setelah Amerika menolak rujukan pada “penghentian permusuhan”.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)