TRIBUNNEWS.COM - Israel dikabarkan telah mengajukan kesepakatan gencatan senjata ke Hamas agar dilakukan selama sepekan.
Dikutip dari Al Arabiya, kesepakatan dari Israel ini sebagai bagian dari kesepakatan baru untuk membebaskan lebih dari 30 sandera yang ditahan oleh Hamas.
Seperti diketahui, pertemuan terkait gencatan senjata ini digelar di Mesir dan dihadiri oleh Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, kepala intelijen Mesir Abbas Kamel, dan beberapa pihak lainnya, Rabu (20/12/2023).
Berdasarkan pernyataan para pejabat Israel, proposal kesepakatan tersebut dibuat lewat mediator Qatar dan menjadi tawaran pertama sejak kesepakatan gencatan senjata selama sehari dan pembebasan lebih dari 100 sandera.
Kesepakatan ini sepertinya senada dengan pernyataan Presiden Israel, Isaac Herzog yang menyatakan pihaknya siap untuk melakukan jeda kemanusiaan dengan syarat pembebasan lebih banyak sandera yang ditahan di Gaza.
"Para pejabat Israel mengatakan bahwa proposal tersebut menunjukkan bahwa Israel bertekad untuk memulai kembali perundingan yang serius untuk membebaskan lebih banyak sandera, bahkan ketika Hamas telah mengatakan bahwa mereka tidak akan melanjutkan perundingan selama pertempuran masih berlangsung," demikian pernyataan dari pejabat Israel berdasarkan laporan Al Arabiya.
Baca juga: Ayah dari Sandera yang Ditembak Pasukan Israel Kecam Netanyahu: Kau Bunuh Anakku Dua Kali
Berbeda dengan Israel, Hamas disebut justru lebih menginginkan agar agresi Israel di Gaza segera dihentikan.
Hal ini disampaikan oleh salah satu pejabat Hamas, Ghazi Hamad.
Dikutip dari Aljazeera, Hamad menegaskan bahwa agresi Israel ke Gaza termasuk genosida.
"Visi kami sangat jelas: Kami ingin menghentikan agresi. Apa yang terjadi di lapangan adalah bencana besar," katanya.
Hamad juga mengungkapkan bahwa gencatan senjata atau jeda kemanusiaan bukanlah kepentingan Hamas dan Palestina.
Menurutnya, hal tersebut hanyalah dalih Israel untuk semakin menggencarkan agresi di Gaza.
"Israel akan mengambil kartu para sandera dan setelah itu mereka akan memulai babak baru pembunuhan massal dan pembantaian terhadap rakyat kami. Kami tidak akan memainkan permainan ini," ujarnya.
Kendati demikian, Hamad mengungkapkan bahwa setelah perang berhenti, Hamas bakal siap untuk bernegosiasi dengan semua pihak dan berkompromi utnuk para tahanan Palestina dan tawanan di Gaza.