Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR – Pemerintah Malaysia melarang kapal kargo berbendera Israel bersandar di pelabuhan-pelabuhan Malaysia, Rabu (20/12/2023).
Larangan ini diberlakukan Perdana Menteri Anwar Ibrahim sebagai bentuk dukungan pada warga Palestina atas agresi yang dilakukan Israel di Gaza hingga memicu genosida massal dengan total korban tewas mencapai 19.543 jiwa.
“Sanksi ini merupakan respon atas tindakan Israel yang mengabaikan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan dan melanggar hukum internasional melalui pembantaian yang terus menerus dan kekejaman yang terus menerus terhadap rakyat Palestina,” bunyi pernyataan PM Anwar Ibrahim.
Baca juga: Warga Afrika Selatan yang Gabung Tentara Israel Bakal Hadapi Tuntutan Hukum Lakukan Kejahatan Perang
Dengan diberlakukannya aturan tersebut, kini ZIM perusahaan pengapalan kargo internasional asal Israel tak dapat lagI bersandar di pelabuhan Malaysia seiring dengan dicabutnya izin berlayar kapal asal Israel.
“Kabinet Malaysia pada 2002 mengizinkan ZIM berlabuh, tetapi Pemerintah Malaysia memutuskan untuk memblokir dan melarang perusahaan pelayaran ZIM yang berbasis di Israel berlabuh di pelabuhan mana pun di Malaysia, " kata Anwar.
Sejak perang antara Israel dan Hamas memanas pada 7 Oktober lalu, Malaysia menjadi salah satu negara yang paling vokal dalam memberikan dukungan atas kemerdekaan Palestina.
Bahkan sebagai bentuk solidaritas kepada warga Gaza, Anwar Ibrahim dengan tegas menolak tunduk pada tekanan Barat agar Malaysia memutuskan hubungannya dengan Hamas.
Tak sampai disitu belakangan ini warga Malaysia juga kompak melakukan gerakan Boycott, Divestment, Sanctions (BDS) terhadap sejumlah brand kenamaan dunia yang terafiliasi dengan Israel dengan tujuan menjegal bisnis perusahaan atau organisasi yang terafiliasi Israel sehingga mereka tak dapat lagi membantu pemerintah Israel membiayai operasional angkatan militernya.
Israel Boncos Miliaran Dolar
Larangan boikot kapal Israel yang diberlakukan pemerintah Malaysia sebelumnya telah lebih dulu dilakukan pemerintah Yaman dengan menugaskan milisi Houthi melakukan serangan ke kapal dagang internasional yang nekat perjalanan menuju Israel melalui Laut Merah atau laut Arab.
Imbas diberlakukannya ultimatum itu, kapal dagang internasional yang akan melakukan perjalanan ke Israel harus putar balik mengelilingi Afrika menuju jalur Terusan Suez yang menghubungkan laut Tengah dengan Laut Merah agar tak menjadi sasaran target Houthi Yaman.
Baca juga: Warga Afrika Selatan yang Gabung Tentara Israel Bakal Hadapi Tuntutan Hukum Lakukan Kejahatan Perang
Alasan ini yang menyebabkan Israel merugi hingga sepuluh setengah miliar shekel, atau sekitar 3 miliar dolar AS akibat terputusnya jalur Laut Merah dan Laut Arab sehingga biaya pengiriman impor melonjak naik dan membuat keuntungan pasar terpangkas sebanyak 85 persen, sebagaimana dikutip Albawaba.
“Houthi Yaman mengancam semua kapal yang menuju ke Israel, apapun kewarganegaraannya, akibatnya mereka harus mengubah rute navigasi maritim hal ini akan berdampak pada kenaikan harga produk impor sekitar 3 persen, yang akan menambah beban keuangan Israel,” jelas Direktur Jenderal Pelabuhan Israel, Eilat.