TRIBUNNEWS.COM - Surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth mengabarkan departemen rehabilitasi di Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan mengaktifkan program untuk membantu tentara yang menderita gangguan psikologis akibat perang di Gaza.
Tim yang akan dibentuk tersebut terdiri dari perawat dan psikiater yang dapat menangani kecenderungan bunuh diri.
Mereka akan melakukan evaluasi terhadap tentara Israel yang menderita gangguan psikologis.
"Perang di Gaza menimbulkan dampak yang sangat besar dan tidak tertahankan dalam hal nyawa, cedera fisik, dan gangguan psikologis, terutama di kalangan tentara penyandang cacat," kata seorang pejabat di departemen rehabilitasi kepada Yedioth Ahronoth, Senin (25/12/2023).
Sementara itu, surat kabar Israel, Haaretz, mengungkapkan lebih dari 2.800 tentara telah dirawat di departemen rehabilitasi Kementerian Pertahanan Israel sejak awal perang pada 7 Oktober 2023.
Baca juga: Jumlah IDF yang Tewas di Gaza Terus Bertambah, Pejuang Palestina Sebut Israel Alami Rugi Besar Besar
"Sekitar 18 persen dari 2.816 tentara Israel menderita kesulitan kesehatan mental dan gangguan stres pasca-trauma," lapor Haaretz.
Surat kabar Israel lainnya, Maariv, juga mengungkap masalah psikologis dan fisik yang diderita tentara Israel, terutama tentara cadangan, akibat perang di Gaza.
"Kesedihan dan kesedihan muncul pada tentara dalam berbagai cara, seperti gejala fisik dan psikologis, termasuk kesulitan tidur dan bernapas, dan nafsu makan yang buruk,” lapor Maariv.
"Tentara cadangan yang kembali dari pertempuran perang ke dunia kerja mungkin menderita cedera psikologis selain cedera fisik akibat berpartisipasi dalam perang," katanya.
Baca juga: Israel Buka Opsi Deportasi Pemimpin Hamas Yahya Sinwar dan Mohammed Deif
Sejumlah Tentara Israel Alami Gangguan Psikologis
Sebelumnya, dalam sidang Knesset, Selasa (19/12/2023), Limor Loria, perwakilan rehabilitasi tentara Israel mengatakan Israel kekurangan sumber daya yang diperlukan untuk merawat semua orang yang menderita trauma psikologis (trauma).
Limor Loria menyatakan sejak pecahnya perang, kementeriannya telah menangani 2.816 orang yang terluka, sekitar 18 persen di antaranya menderita gangguan kesehatan mental, khususnya gangguan stres pasca trauma atau PTSD.
PTSD adalah kondisi kesehatan jiwa yang dipicu oleh peristiwa traumatis.
“Jika kami tidak mendapatkan sumber daya tambahan, kami tidak akan mampu merawat semua orang,” jelas Limor Loria kepada Knesset, dikutip dari Euro News.
Ia mengatakan kementerian belum mengalokasikan unit psikologis untuk merawat tentara yang menderita gangguan stres pascatrauma.