News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Gangguan Psikologis Hantui Tentara Israel, 18 Persen dari 2.816 IDF Alami PTSD

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tentara berduka saat upacara pemakaman Sersan Staf tentara Israel Aschalwu Sama, di Petah Tikva, pada 3 Desember 2023, setelah dia terbunuh dalam pertempuran di Jalur Gaza di tengah pertempuran yang berkelanjutan antara Israel dan kelompok militan Hamas. -- Sejumlah tentara Israel dihantui oleh gangguan psikologis setelah mundur dari perang.

TRIBUNNEWS.COM - Surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth mengabarkan departemen rehabilitasi di Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan mengaktifkan program untuk membantu tentara yang menderita gangguan psikologis akibat perang di Gaza.

Tim yang akan dibentuk tersebut terdiri dari perawat dan psikiater yang dapat menangani kecenderungan bunuh diri.

Mereka akan melakukan evaluasi terhadap tentara Israel yang menderita gangguan psikologis.

"Perang di Gaza menimbulkan dampak yang sangat besar dan tidak tertahankan dalam hal nyawa, cedera fisik, dan gangguan psikologis, terutama di kalangan tentara penyandang cacat," kata seorang pejabat di departemen rehabilitasi kepada Yedioth Ahronoth, Senin (25/12/2023).

Sementara itu, surat kabar Israel, Haaretz, mengungkapkan lebih dari 2.800 tentara telah dirawat di departemen rehabilitasi Kementerian Pertahanan Israel sejak awal perang pada 7 Oktober 2023.

Baca juga: Jumlah IDF yang Tewas di Gaza Terus Bertambah, Pejuang Palestina Sebut Israel Alami Rugi Besar Besar

"Sekitar 18 persen dari 2.816 tentara Israel menderita kesulitan kesehatan mental dan gangguan stres pasca-trauma," lapor Haaretz.

Surat kabar Israel lainnya, Maariv, juga mengungkap masalah psikologis dan fisik yang diderita tentara Israel, terutama tentara cadangan, akibat perang di Gaza.

"Kesedihan dan kesedihan muncul pada tentara dalam berbagai cara, seperti gejala fisik dan psikologis, termasuk kesulitan tidur dan bernapas, dan nafsu makan yang buruk,” lapor Maariv.

"Tentara cadangan yang kembali dari pertempuran perang ke dunia kerja mungkin menderita cedera psikologis selain cedera fisik akibat berpartisipasi dalam perang," katanya.

Kawan-kawan Sersan Staf Israel berusia 20 tahun Moshe Melako dari Brigade Golani, yang terbunuh sehari sebelumnya dalam pertempuran dengan militan Palestina di Jalur Gaza, pada tanggal 21 Juli 2014 berduka saat pemakamannya di militer Gunung Herzel kuburan di Yerusalem. (GALI TIBBON / AFP)

Baca juga: Israel Buka Opsi Deportasi Pemimpin Hamas Yahya Sinwar dan Mohammed Deif

Sejumlah Tentara Israel Alami Gangguan Psikologis

Sebelumnya, dalam sidang Knesset, Selasa (19/12/2023), Limor Loria, perwakilan rehabilitasi tentara Israel mengatakan Israel kekurangan sumber daya yang diperlukan untuk merawat semua orang yang menderita trauma psikologis (trauma).

Limor Loria menyatakan sejak pecahnya perang, kementeriannya telah menangani 2.816 orang yang terluka, sekitar 18 persen di antaranya menderita gangguan kesehatan mental, khususnya gangguan stres pasca trauma atau PTSD.

PTSD adalah kondisi kesehatan jiwa yang dipicu oleh peristiwa traumatis.

“Jika kami tidak mendapatkan sumber daya tambahan, kami tidak akan mampu merawat semua orang,” jelas Limor Loria kepada Knesset, dikutip dari Euro News.

Ia mengatakan kementerian belum mengalokasikan unit psikologis untuk merawat tentara yang menderita gangguan stres pascatrauma.

“Kami memperkirakan sekitar 10.000 tentara akan menderita gangguan stres pascatrauma setelah mereka kembali,” kata Idan Kleiman, kepala Organisasi Veteran IDF.

Tentara Israel dari unit infanteri Golani berjalan keluar dari Jalur Gaza Palestina dekat Kibbutz Ein Hashlosha selama badai pasir setelah operasi di dalam Gaza, 17 Oktober 2007. (MENAHEM KAHANA / AFP)

Baca juga: Hamas Tangkap Agen Israel di Gaza, Shin Bet Ketahuan Kirim Mata-mata

Hamas Palestina vs Israel

Perang Israel dan Hamas semakin memanas setelah Israel melakukan pengeboman besar-besaran untuk menanggapi Hamas yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.

Hamas mengatakan serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.

Kelompok tersebut menculik 240 orang dari wilayah Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel, yang direvisi menjadi 1.147.

Setelah pertukaran sandera selama 7 hari yang dimulai Jumat (24/11/2023), kurang lebih 138 sandera masih ditahan Hamas di Jalur Gaza.

Sementara itu pembalasan Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 20.424 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Senin (25/12/2023), lebih dari 2,2 juta warga Palestina menjadi pengungsi, dikutip dari Al Jazeera.

Kekerasan juga meningkat di Tepi Barat, terutama setelah Israel melakukan penyerbuan besar-besaran ke wilayah yang dikuasai Otoritas Pembebasan Palestina (PLO) tersebut.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini