Netanyahu pun bersumpah Israel akan meneruskan serangannya di Gaza sampai meraih kemenangan dengan menghancurkan Hamas.
"Kami melanjutkan serangan dengan kekuatan penuh sampai akhir, sampai (meraih) kemenangan, sampai mencapai semua tujuan kami, yaitu menghancurkan Hamas, memulangkan para sandera, dan memastikan Gaza tidak akan lagi menjadi ancaman bagi Israel," tutur dia.
Netanyahu juga menambahkan, "Ini akan menjadi perang yang panjang sampai Hamas dilenyapkan."
Baca juga: Rencana Israel Banjiri Terowongan Hamas Dianggap Genosida, Disebut Sebabkan Bencana Besar
Sejak serangan darat Israel dimulai pada tanggal 27 Oktober 2023, IDF telah kehilangan 153 tentara di wilayah Palestina.
Jumlah itu termasuk 10 tentara pada Sabtu (23/12/2023), menjadikannya salah satu hari paling mematikan bagi IDF, yang juga menghadapi militan Hizbullah di perbatasan utara dengan Lebanon.
Selama rapat kabinet mingguan, Netanyahu juga menampik laporan Amerika Serikat (AS) telah meyakinkan Israel untuk tidak memperluas aktivitas militernya
“Saya telah melihat publikasi palsu yang mengklaim bahwa AS telah mencegah dan menghalangi kami melakukan operasi operasional di wilayah tersebut,” kata Netanyahu, tanpa menjelaskan lebih lanjut mengenai laporan tersebut.
"Ini tidak benar. Israel adalah negara berdaulat."
"Keputusan kami dalam perang didasarkan pada pertimbangan operasional kami, dan saya tidak akan menjelaskannya lebih lanjut.”
The Wall Street Journal pada Sabtu, melaporkan Netanyahu dibujuk oleh Presiden AS, Joe Biden, untuk tidak menyerang kelompok militan Hizbullah di Lebanon.
Alasannya, AS khawatir Hizbullah akan melancarkan serangan terhadap Israel, mirip amukan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Netanyahu bersikeras pada Minggu, tindakan Israel “tidak ditentukan oleh tekanan eksternal.”
“Keputusan mengenai bagaimana menggunakan pasukan kami adalah keputusan independen IDF dan bukan keputusan pihak lain,” pungkas dia.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)