TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berambisi memindahkan rakyat Palestina termasuk mereka yang tinggal di Gaza ke negara ketiga yang bersedia menampung mereka.
Ini merupakan bagian dari strategi Benjamin Netanyahu melakukan pembersihan etnis, warga Palestina, di tanah mereka sendiri yang Israel duduki sejak 1948.
mbisimencari negara-negara yang bisa 'menyerap' warga Palestina yang telah dibersihkan secara etnis
Media lokal melaporkan bahwa Benjamin Netanyahu telah membahas gagasan tersebut pada pertemuan Partai Likud.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada para pendukungnya bahwa ia berupaya menemukan negara-negara ketiga yang siap untuk "menyerap" warga Palestina dari Gaza.
Surat kabar Israel Israel Hayom mengatakan, Netanyahu melontarkan pernyataan tersebut pada pertemuan partai Likud pada hari Senin, di mana ia berusaha mengklarifikasi rencana Israel setelah perang berakhir.
Baca juga: AS Hadiahi Si Anak Emas Israel 230 Pesawat Kargo dan 20 Kapal Muatan Senjata
“Masalah kami adalah negara-negara yang siap menyerapnya dan kami sedang berupaya mengatasinya,” kata Netanyahu.
“Dunia sudah mendiskusikan kemungkinan imigrasi sukarela,” katanya, seraya menambahkan bahwa sebuah tim harus dibentuk untuk “memastikan bahwa mereka yang ingin meninggalkan Gaza ke negara ketiga dapat melakukannya."
"Hal ini perlu diselesaikan. Hal ini memiliki dampak strategis. penting untuk hari setelah perang," ujar Netanyahu.
Baca juga: Warga Gaza Dilanda Kelaparan Akut Jika Perang Israel-Hamas Tak Segera Berakhir
Ucapannya selaras dengan pernyataan tokoh senior Likud lainnya. Mantan Menteri Partai Likud Danny Danon, misalnya, secara terbuka menyerukan negara-negara barat untuk menerima pengungsi dari Gaza.
Warga Palestina telah lama mengatakan bahwa kampanye Israel saat ini di Gaza bertujuan untuk memastikan pengusiran permanen mereka dari wilayah tersebut.
Strategi militer Israel tampaknya bertujuan untuk membuat Gaza tidak dapat dihuni dengan menghancurkan apa pun yang menopang kehidupan, dengan harapan bahwa warga Palestina akan “secara sukarela” meninggalkan wilayah tersebut.
Amerika Serikat, Uni Eropa, dan negara-negara Timur Tengah pada khususnya telah menolak pembersihan etnis secara paksa di Gaza,
Namun Israel telah melanggar garis merah yang ditetapkan oleh negara-negara tersebut sebelumnya dengan dampak yang kecil, atau bahkan tidak ada sama sekali.