TRIBUNNEWS.COM - Rusia mengklaim bahwa sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) terhadap proyek LNG 2 Arktik telah melemahkan keamanan energi global.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia pada Rabu (27/12/2023) mengecam tindakan Washintong yang menurutnya tidak dapat diterima dalam menekan pasokan LNG 2 Arktik.
Menurut Moskow, sanksi tersebut hanyalah tindakan terbaru yang diterapkan ketika Barat berupaya membatasi kemampuan finansial Kremlin untuk berperang di Ukraina.
Pernyataan tersebut muncul setelah Washington mengumumkan sanksi terhadap pabrik gas alam cair tersebut, yang sedang dikembangkan di Semenanjung Gydan di Arktik bulan lalu.
Baca juga: Harga Khusus LNG Dinilai Bisa Menunjang Transisi Energi
"Kami menganggap tindakan seperti itu tidak dapat diterima, terutama terkait dengan proyek komersial internasional besar seperti LNG Arktik 2, yang mempengaruhi keseimbangan energi banyak negara," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova, dikutip dari Al Jazeera.
"Situasi di sekitar LNG 2 Arktik sekali lagi menegaskan peran destruktif yang dimainkan oleh Washington terhadap keamanan ekonomi global, yang menyatakan perlunya menjaga keamanan ini," urai Zakharova.
"Pada kenyataannya, dengan mengejar kepentingannya sendiri, AS mencoba untuk menyingkirkan pesaing dan menghancurkan keamanan energi global," lanjutnya.
Rusia adalah produsen LNG laut terbesar keempat setelah Amerika Serikat, Qatar, dan Australia.
Proyek LNG Arktik 2 merupakan elemen kunci dalam upaya Rusia untuk meningkatkan pangsa pasar globalnya menjadi seperlima pada tahun 2030-2035 dari 8 persen saat ini.
Namun, sanksi tersebut membuat mitra dari Tiongkok, Jepang dan Perancis yang memegang 40 persen proyek tersebut menangguhkan partisipasinya pada minggu lalu.
Pengembang proyek Novatek juga terpaksa menyatakan force majeure atas pasokan LNG dari proyek yang dijadwalkan mulai berproduksi pada awal 2024.
Negara-negara Barat, yang berusaha melumpuhkan kekuatan militer Moskow, telah menerapkan sanksi luas terhadap perusahaan-perusahaan dan individu-individu Rusia menyusul keputusan Kremlin untuk mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada Februari tahun lalu.
Namun, Rusia menegaskan bahwa Eropa telah terkena dampak yang lebih parah akibat sanksi tersebut karena kenaikan harga energi, sementara Rusia juga berhasil dengan cepat menemukan pasar baru di Asia.
"Hampir seluruh ekspor minyak Rusia tahun ini telah dikirim ke Tiongkok dan India," kata Wakil Perdana Menteri Alexander Novak pada hari Rabu (27/12/2023), dikutip dari Reuters.
Rusia berharap pendapatan dari pelanggan energi Asia dapat terus membantu mendorong invasi mereka, seiring dengan upaya Ukraina untuk mengakses dana dan senjata dari mitra Barat.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)