News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Laut Merah Tidak Aman: Kapal Minyak Evergreen Tunda Berlayar, Maersk Imingi Gaji Kru Naik 2 Kali

Editor: Erik S
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapal pengangkut minyak Evergreen Line memutuskan menangguhkan semua pengiriman laut via Laut Merah hingga batas waktu yang tak ditentukan.

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Kapal pengangkut minyak Evergreen Line mengambil keputusan menangguhkan semua pengiriman laut via Laut Merah hingga batas waktu yang tak ditentukan.

Sementara raksasa pelayaran terbesar di dunia, Maersk berencana menaikkan gaji para awak kapal yang berlayar melalui Laut Merah.

Kenaikan gaji tersebut sebagai bentuk kompensasi atas bahaya yang ditimbulkan oleh serangan Houthi baru-baru ini.

Baca juga: Negara NATO Enggan Sumbang Kapal Perangi Houthi, Satgas Maritim AS di Laut Merah Cuma Besar di Nama

Evergreen tunda pelayaran

Pengumuman ini dirilis Evergreen usai koalisi internasional yang digagas Amerika dan 20 negara sekutu “Operation Prosperity Guardian” berada di ambang kehancuran.

Organisasi buatan Amerika itu merupakan sebuah inisiatif keamanan multinasional baru yang penting dengan tujuan memerangi milisi Houthi Yaman, serta memastikan kebebasan navigasi dan keamanan semua negara yang melintas di Laut Merah yang menjadi jalur pusat perdagangan internasional.

Namun, seminggu sejak Pentagon mengumumkan peluncuran Operation Prosperity Guardian, organisasi ini terus dihantui oleh keengganan anggotanya untuk berpartisipasi dalam mendukung tindakan genosida yang dilakukan Israel.

Negara-negara anggota utama bahkan telah mengumumkan mundur atau mengurangi komitmen terhadap aliansi tersebut, termasuk Perancis dan Spanyol yang mengatakan pihaknya tidak akan beroperasi berdasarkan perintah Washington.

Pudarnya elektabilitas koalisi internasional ini yang membuat Evergreen hilang kepercayaan terhadap pemerintah AS.

Evergreen menilai Amerika tak akan mampu melindungi para crew kapal saat melakukan pelayaran di Laut Merah, alasan ini yang mendorong Evergreen untuk menangguhkan pengiriman minyak melalui Laut Merah.

Langkah serupa juga dilakukan perusahaan pelayaran Hapag-Lloyd yang memutuskan untuk mengalihkan rute navigasi melalui Cape of Good Hope demi menghindari serangan Houthi, kendati harus merugi miliaran dolar akibat pembengkakan biaya operasional.

Baca juga: Apa Dampak Serangan Kapal di Laut Merah Terhadap Perdagangan Global?

“Saat ini kami masih menganggap situasinya terlalu berbahaya untuk dilewati. Kami terus menilai situasi dan merencanakan peninjauan berikutnya,” kata juru bicara Hapag-Lloyd dikutip dari Almayadeen.

Harga Minyak Melonjak

Menurut laporan Reuters harga minyak mentah untuk perdagangan Kamis (20/12/2023) dibuka di level tertinggi, untuk harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) yang dilaporkan naik 2,7 persen jadi 75,57 dolar AS per barel.

Lonjakan serupa juga dialami oleh minyak berjangka Brent yang melesat 2,5 persen ke kisaran 81,07 dolar AS per barel.

"Ada banyak ketegangan geopolitik saat ini di Timur Tengah. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di sini terhadap keamanan transit minyak dan barang lainnya," kata analis Again Capital LLC John Kilduff.

Sebelum lonjakan terjadi, Colby Connelly analis senior di perusahaan Energy Intelligence yang berbasis di Amerika memperingatkan para investor untuk mewaspadai terjadinya kenaikan harga minyak dunia di tengah serangan Houthi Yaman kepada kapal dagang di Laut Merah.

Senada dengan Rob Thummel, direktur perusahaan investasi energi Tortoise Capital. Thummel memproyeksi ketegangan di Laut Merah dapat menyebabkan harga minyak bergerak lebih tinggi.

Baca juga: Houthi Sudah Berhitung, AS Tak Punya Pilihan Bagus di Laut Merah: Kehilangan Muka atau Perang Meluas

“Risiko geopolitik di laut Merah menyebabkan harga minyak bergerak lebih tinggi karena sekitar 15 persen lalu lintas pelayaran dunia transit melalui Terusan Suez, rute pelayaran terpendek yang menghubungkan Laut Merah ke Laut Mediterania,” jelas Thummel.

Maersk Bakal Naikkan Gaji Kru Kapal yang Berani Melintasi Laut Merah

Maersk berencana untuk menaikan gaji para awak kapal yang berlayar melalui Laut Merah sebagai bentuk kompensasi atas bahaya yang ditimbulkan oleh serangan Houthi baru-baru ini. (HO)

Maersk berencana menaikkan gaji para awak kapal yang berlayar melalui Laut Merah sebagai bentuk kompensasi atas bahaya yang ditimbulkan oleh serangan Houthi baru-baru ini.

Adapun kenaikan gaji yang dijanjikan Maersk para awak kapal yang berlayar melalui Laut Merah yakni sebesar 2 kali lipat dari jumlah gaji biasanya, dikutip dari Bloomberg.

“Kenaikan gaji merupakan pembayaran bahaya untuk waktu yang dihabiskan crew di dua wilayah berisiko tinggi,” jelas kesepakatan yang disahkan Maersk dan tiga serikat pekerja terbesar di negara tersebut.

Baca juga: Tak Mempan Digertak Amerika, Houthi Kembali Serang Kapal Kargo MSC UNITED di Laut Merah

Sebelum kesepakatan ini disahkan, Maersk perusahaan peti kemas terbesar di dunia ini beserta 55 kapal lainnya sempat menangguhkan semua pengiriman cargo laut via Laut Merah, setelah Houthi meningkatkan serangan ke kapal yang nekat melakukan perjalanan menuju Israel melalui Laut Merah.

Sebagai gantinya perusahaan pelayaran itu terpaksa merogoh biaya operasional yang lebih besar, hingga merugi miliar dolar AS untuk mengalihkan rute perjalanan dari Laut Merah menjadi Tanjung Harapan di Afrika Selatan, demi menghindari Terusan Suez yang saat ini telah dikuasai oleh milisi Houthi Yaman.

“Risiko geopolitik di laut Merah menyebabkan harga minyak bergerak lebih tinggi karena sekitar 15 persen lalu lintas pelayaran dunia transit melalui Terusan Suez, rute pelayaran terpendek yang menghubungkan Laut Merah ke Laut Mediterania,” jelas Rob Thummel, direktur perusahaan investasi energi Tortoise Capital.

Khawatir ancaman Houthi dapat mengganggu perdagangan dan memicu krisis pangan serta BBM di pasar global, Amerika dan sejumlah negara sekutu sepakat untuk menggelar tugas maritim multinasional dengan nama “Operation Prosperity Guardian.

Sebuah inisiatif keamanan multinasional baru yang penting dengan tujuan memerangi milisi Houthi Yaman, serta memastikan kebebasan navigasi dan keamanan semua negara yang melintas di jalur perdagangan internasional.

Tak tanggung – tanggung untuk menggertak Houthi Yaman, Amerika bahkan menerjunkan kapal perusak pertahanan rudal Laboon, Delbert D. Black dan The Sullivans di Laut Mediterania serta kapal perusak USS Carney di Laut Merah.

Baca juga: Tak Mempan Digertak Amerika, Houthi Kembali Serang Kapal Kargo MSC UNITED di Laut Merah

Hal tersebut yang membuat Maersk memutuskan untuk kembali melanjutkan pengiriman minyak dan barang kargo melalui jalur Laut Merah.

Berbanding terbalik dengan sikap pengangkut minyak Evergreen Line yang justru menangguhkan semua pengiriman laut via Laut Merah hingga batas waktu yang tak ditentukan.

“Kami saat ini sedang merencanakan kapal pertama untuk melakukan transit sesegera mungkin, operasional ini dilanjutkan setelah AS membentuk Operation Prosperity Guardian,” kata juru bicara Maersk, dikutip dari Reuters.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini