TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, mengatakan pihaknya akan terus menyerang Hizbullah di Lebanon.
Dalam pernyataannya di media sosial X, Adraee menyebut 80 persen roket Hizbullah yang ditembakkan pada hari Jumat justru mendarat di wilayah Lebanon.
"Untuk merespons serangan ini, kami akan terus menyerang Hizbullah," kata Adraee di X hari Jumat, (30/12/2023).
Dia mengklaim Hizbullah telah melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) nomor 1701 perihal gencatan senjata Israel-Hizbullah.
Sementara itu, pada hari Rabu pekan ini Hizbullah juga melancarkan banyak serangan roket dan drone.
Serangan tersebut adalah serangan terbanyak Hizbullah sejak tanggal 7 Oktober 2023 ketika perang Israel-Hamas meletus.
Dikutip dari Jerusalem Post, serangan itu tidak memunculkan korban tewas maupun korban luka.
Akan tetapi, serangan itu menyebabkan kerusakan parah di wilayah Kiryat Shmona.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) juga melancarkan serangan balasan ke Lebanon pada pagi dan siang hari.
Israel ingin menghancurkan infrastruktur Hizbullah yang berada di selatan Sungai Litani di Lebanon.
Baca juga: Hizbullah Rilis Video Roket Anti-Tank Hantam Tentara IDF, Pemukim Israel di Perbatasan Frustasi
Diplomasi buntu
Pejabat Israel mengatakan waktu untuk berunding dengan Hizbullah untuk menyelesaikan konflik di perbatasan sudah habis.
"Sudah mencapai titik ketika peluang untuk mencapai kesepakatan yang mungkin bisa menjamin Hizbullah berada jauh dari perbatasan itu telah habis. Waktu diplomasi telah habis," kata narasumber dari pemerintah Israel hari Kamis.
Sementara itu, Benny Gantz, salah satu menteri Israel, mengatakan situasi di Israel bagian utara harus segera berubah.