TRIBUNNEWS.COM – Para pejabat Amerika Serikat (AS) khawatir konflik di perbatasan Israel-Lebanon bisa memunculkan perang baru.
Mereka kemudian mendesak para pejabat Israel untuk tidak memperluas konflik yang sudah hampir mencapai puncaknya itu.
Haaretz melaporkan penasihat Presiden AS Joe Biden sekaligus tangan kanannya, Amos Hochstein, tengah berupaya melakukan diplomasi guna mencegah munculnya perang baru itu.
Tahun lalu Hochstein juga menjadi juru damai dalam kesepakatan antara Israel-Lebanon perihal perbatasan maritim.
Dilansir The Washington Post, kelompok Hizbullah di Lebanon meluncurkan lebih banyak rudal ke Israel utara pada hari Rabu (27/12/2023).
Pekan ini Hizbullah memang menembakkan puluhan roket dan menerbangkan drone berpeledak.
“Kini kita harus memilih,” kata Eylon Levy, juru bicara kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Rabu.
“Hizbullah mundur dari perbatasan Israel, sejalan dengan resolusi PBB 1701, atau kita sendiri akan membuatnya mundur.”
Baca juga: Hizbullah Luncurkan Gelombang 30 Rudal ke Kota Kiryat Shmona, Siap Serang Israel Habis-habisan
Dia mengklaim Hizbullah dan kelompok yang didukung Iran lainnya ingin menyeret Lebanon ke dalam perang yang tidak diperlukan.
“Kawasan kita tak pantas dilanda perang yang lebih besar,” ujarnya.
Sementara itu, sehari sebelumnya Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menyebut Israel kini menghadapi perang dengan berbagai medan tempur.
Israel, kata Gallant, diserang dari tujuh medan, yakni Gaza, Tepi Barat, Lebanon, Suriah, Yaman, dan Iran.
Serangan Hizbullah makin sering terjadi setelah Hamas melancarkan serangan tiba-tiba ke Israel tanggal 7 Oktober lalu.
Hamas disebut ingin melibatkan Hizbullah dan kelompok militan di Tepi Barat dan seluruh wilayah di kawasan Timur Tengah hingga perang berskala regional meletus.
Baca juga: Belum Kelar Urus Terowongan Hamas, Israel Malah Kembali Dihantui Terowongan Hizbullah