Bantah Angkatan Laut AS di Laut Merah Diserang Rudal Jelajah, Pentagon: Houthi Anteng 24 Jam Terakhir
TRIBUNNEWS.COM - Para pejabat Amerika Serikat (AS) membantah laporan yang menyatakan kalau pasukan Ansarallah Houthi Yaman telah menembakkan rudal anti-kapal langsung ke Angkatan Laut AS di Laut Merah.
Laporan itu sebelumnya dilansir oleh Sky News Arabia yang menyebut kalau pada Senin dan Selasa kemarin kelompok Houthi telah menembaki kapal perang AS.
Laporan pertama mengatakan, dua rudal jelajah ditembakkan ke sebuah kapal di dekat pulau Hanish di Yaman – tetapi gagal mengenai kapal perang tersebut.
Baca juga: Perang Terbuka Laut Merah Dimulai, AS Tenggelamkan Kapal Yaman, Houthi Siap Balas Kematian Pasukan
Dalam kedua kasus tersebut, mereka mengutip sumber-sumber Yaman untuk mendapatkan informasi.
“Kami belum melihat aktivitas Houthi dalam 24 jam terakhir” di Laut Merah, kata seorang pejabat Pentagon dilansir Insider Selasa (2/1/2023).
Dua pejabat AS juga mengatakan kepada Insider kalau serangan Houthi itu tidak terjadi.
AS telah menempatkan kekuatan angkatan laut yang signifikan di Laut Merah, yang bertujuan menghentikan serangan Houthi, kelompok bersenjata yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman.
Serangan Houthi terutama menargetkan kapal kargo yang menuju dan keluar dari Terusan Suez.
Houthi menyatakan, serangan dan blokade Laut Merah ditujukan bagi kapal-kapal berentitas Israel dan sekutunya.
Aksi ini sebagai wujud solidaritas terhadap Rakyat Palestina dan para milisi perlawanannya dalam menghadapi agresi militer tentara pendudukan Israel (IDF).
Adapun AS telah menembak jatuh puluhan drone dan rudal yang diluncurkan oleh Houthi.
Pada 31 Desember, mereka juga menyerang pejuang Houthi di perahu kecil yang mencoba menaiki kapal sebuah kargo.
Baca juga: Houthi Mengamuk, Perlindungan AS di Laut Merah Tak Cukup Bikin Raksasa Pelayaran Merasa Aman
Dilaporkan, pasukan AS membunuh beberapa anggota Houthi setelah mereka mengabaikan permintaan untuk berhenti, dan menembak ke arah helikopter.
Bulan lalu, seorang pejabat tinggi Houthi yang tidak disebutkan namanya mengancam akan “menenggelamkan” kapal perang Amerika Serikat dan sekutu Baratnya.
"Houthi juga bersumpah untuk mengubah Laut Merah menjadi “kuburan” mereka," tulis Iran International melaporkan, mengutip kantor berita semi-resmi Iran, Tasnim.
Dianggap Tidak Kredibel
Para analis pertahanan tidak memandang serangan Houthi tersebut sebagai ancaman yang sangat kredibel, mengingat adanya ketidakseimbangan antara kekuatan milisi Houthi dan angkatan laut dengan persenjataan terbaik di dunia.
Pada kenyataannya, ancaman Houthi ini membuat sejumlah armada kapal perusahaan raksasa di dunia memilih untuk menggunakan jalur navigasi lain.
Mengitari Afrika melalui Tanjung Harapan sejauh ini adalah pilihan ketimbang kena serangan karena melewati Selat Bab-Al Mandab untuk menuju ke Terusan Suez.
Baca juga: Houthi Mengamuk, Perlindungan AS di Laut Merah Tak Cukup Bikin Raksasa Pelayaran Merasa Aman
Kelompok Houthi mengatakan serangan mereka adalah pembalasan atas invasi Israel yang terus berlanjut ke Gaza.
Sebagai tanggapan, Pentagon meluncurkan misi baru di seluruh dunia bulan lalu.
“Meningkatnya serangan Houthi yang berasal dari Yaman baru-baru ini mengancam kebebasan perdagangan, membahayakan pelaut yang tidak bersalah, dan melanggar hukum internasional,” kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dalam sebuah pernyataan saat itu.
Meskipun ada upaya untuk melindungi kapal-kapal yang melewati Laut Merah, banyak perusahaan besar telah mengubah rute atau membatalkan pengiriman melalui wilayah tersebut.
CMA CGM Group dan Hapag-Lloyd, serta raksasa minyak BP, juga menghentikan sementara pengiriman melalui wilayah tersebut dalam sebuah tindakan yang dapat memicu inflasi global, kata para ekonom.
(oln/BI/*)