TRIBUNNNEWS.COM -- Israel telah berjanji akan memburu orang-orang yang bertanggung jawab atas penyerangan 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.100 warganya.

Janji itu dibuktikan oleh tentara Zionis dengan membunuh Saleh al-Arouri dalam sebuah serangan drone di Beirut, Lebanon pada Selasa (2/1/2024).

Arouri menjadi target operasi Israel karena pria 57 tahun itu dianggap memimpin penyerangan 7 Oktober lalu.

Penyerangan mematikan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel dilakukan oleh sekitar 3.000 anggota Brigade Izzuddin al-Qassam.

Arouri adalah pendiri dari brigade tersebut. Ia juga dianggap sebagai komandan sayap perjuangan Hamas tersebut.

Lahir pada 19 Agustus 1966 di Arura, Palestina, Arouri menghabiskan waktu mudanya untuk berjuang bersama Hamas, sebagian lagi ia habiskan di dalam penjara Israel.

Arouri terlibat dalam aktivisme Islam ketika menjadi mahasiswa di Universitas Hebron pada pertengahan tahun 1980an, saat ideologi tersebut sedang berkembang pesat di Timur Tengah.

Dia bergabung dengan Hamas segera setelah pendiriannya segera setelah intifada pertama dan membantu membentuk sayap militer Hamas, brigade Izz al-Din al-Qassem.

Dipenjara oleh Israel pada tahun 1992, Arouri menghabiskan hampir seluruh 18 tahun berikutnya di penjara.

Pada tahun 2010, ia membantu merundingkan pembebasan lebih dari 1.000 tahanan Palestina oleh Israel dengan imbalan satu tentara Israel yang diculik.

Arouri sangat berpengaruh bagi para ejuang di Tepi Barat yang diduduki Israel, tempat ia dilahirkan dan tempat kekerasan meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

The Guardian memberitakan, Israel menuding ia berada di balik rencana penyerangan berdarah ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.

Karenanya Ia menjadi salah satu pemimpin paling senior Hamas untuk dilenyapkan.

Pembunuhan Saleh al-Arouri di Beirut merupakan serangan pertama dalam kampanye pembunuhan di luar negeri yang dijanjikan oleh pejabat Israel selama beberapa bulan.