Rapat Kabinet Perang Israel Hingga Larut Malam Diwarnai Perkelahian Verbal: Kepala Militer Kena Bentak
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dilaporkan terpaksa menghentikan sesi rapat kabinet perang yang berlangsung hingga larut malam pada Kami (4/1/2024).
Rapat dihentikan setelah terjadi “pertikaian yang keras dan penuh kemarahan” antara para menteri kabinet dan petinggi militer Israel.
Bentakan dan teriakan dari perkelahian verbal itu dilaporkan dipicu oleh usulan rencana tentara Israel (IDF) untuk menyelidiki kelemahannya sendiri saat terjadinya operasi Banjir Al Aqsa oleh milisi pembebasan Palestina di Gaza, Hamas, pada 7 Oktober 2023 silam.
Baca juga: Ancaman Hizbullah Bukan Isapan Jempol, Keamanan Israel: 1.500 Roket Bakal Hantam Tel Aviv Tiap Hari
Menurut sejumlah laporan di media Israel, pada rapat tersebut, Menteri Transportasi Miri Regev, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, dan Menteri Kerja Sama Regional David Amsalem bersatu melawan Kepala Staf Angkatan Darat Israel Herzi Halevi.
Halevi dalam rapat tersebut menyarakan pihaknya diberi kewenangan melakukan penyelidikan atas kekurangan militer mereka pada peristiwa penyerbuan Hamas 7 Oktober.
“Netanyahu menghentikan pertemuan setelah tiga jam dengan teriakan ketika beberapa menteri membela Halevi. Seorang menteri mengatakan kepada stasiun televisi Kan kalau mereka tahu, suara donnybrook (perkelahian) bahkan terdengar dari luar ruangan (rapat),’ yang lain mengatakan beberapa pejabat pertahanan pergi lebih awal, sebagai bentuk protes atas perlakuan mereka (menteri kabinet perang),” tulis laporan Times of Israel pada Jumat (5/1/2024) pagi.
Baca juga: Mesir Tanpa Basa-basi Akan Menyerang Jika Israel Kuasai Poros Philadelphia: Netanyahu Frustasi
Israel Mau Serang Lebanon
Para pejabat tinggi di kabinet perang Israel dilaporkan menolak meluncurkan penyelidikan tersebut karena perang sengit dengan kelompok milisi perlawanan Palestina terus berkecamuk di Gaza.
“Mengapa kita perlu menyelidikinya sekarang,” kata Amsalem.
“Jadi orang-orang militer bersikap defensif dibandingkan menyibukkan diri untuk memenangkan (perang)?” tambahnya menyindir Militer Israel yang dianggap salah prioritas.
Sindiran Amsalem dibalas dengan penjelasan dari pihak militer Israel.
“Ini adalah penyelidikan profesional… Kepala staf sedang menyelidiki apa yang terjadi demi tujuan pertempuran kami dan kemampuan kami untuk merencanakan konfrontasi di utara,” kata mantan panglima perang Benny Gantz kepada para pejabat yang dikenal berhaluan fanatik sayap kanan tersebut.
Pertentangan utama lainnya terhadap rencana Halevi adalah wacana dimasukkannya nama mantan menteri keamanan Shaul Mofaz.
Mofaz adalah sosok yang dikaitkan dengan penarikan diri pasukan Israel dari Gaza pada tahun 2005. Penarikan pasukan adalah aib besar bagi para pendukung perang garis keras dari sayap kanan (ultranasionalis) Israel.