TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mati-matian meminta persetujuan dari parlemen agar bisa mengirimkan bantuan lain untuk Ukraina.
Tempo hari AS sebenarnya sudah mengirimkan bantuan senilai $250 juta kepada negara bekas Uni Soviet yang tengah berperang melawan Rusia itu.
Namun, Direktur Kantor Manajemen dan Anggaran AS, Shalanda Young, mengatakan bantuan itu tidak cukup.
Young kemudian meminta parlemen untuk menyetujui bantuan lainnya. Dia bahkan menyebut situasi saat ini "mengerikan".
Adapun Presiden AS, Joe Biden, hanya memiliki kewenangan terbatas dalam pengiriman senjata ke Ukraina tanpa persetujuan parlemen.
Biden bisa mengirimkan senjata dari persediaan yang sudah ada, tetapi tidak bisa menambah senjata itu.
Sementara itu, Young mengeklaim Biden tidak akan mengirimkan senjata dalam jumlah besar ke Ukraina.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-683: Serangan Drone Rusia di Donetsk Tewaskan 11 Orang
Young mengkritik parlemen AS perihal pengiriman senjata. Dia memperingatkan bahwa dukungan militer untuk Ukraina itu penting.
"Ya, Kiev mungkin punya sedikit waktu dari pemberi bantuan lainnya untuk memastikan mereka bisa menstabilkan posisi dalam perang, mempertahankan layanan masyarakat," kata Young dikutip dari Sputnik News.
"Namun, apa yang terjadi pada [Uni Eropa], pada sekutu NATO, jika AS menarik dukungannya?" tanya dia.
Dia juga bertanya-tanya tentang keputusan apa yang akan diambil Ukraina apabila negara itu melihat AS berhenti membantu Ukraina.
Sementara itu, Ukraina kesusahan menghadapi Ukraina. Tahun lalu serangan balik Ukraina tidak membuahkan hasil yang memuaskan.
Ukraina meminta bantuan AS agar bisa tetap menjalankan pemerintahan.
Di sisi lain, ekonomi Rusia justru tetap stabil meski dihujani sanksi oleh Barat setelah menyerbu Ukraina.
Baca juga: Miliarder Rusia Melawan, Banknya Dicaplok Ukraina Hanya Dihargai Rp 309