Para demonstran menyerukan pembebasan tawanan Israel yang ditahan di Gaza, penghapusan pemerintahan Perdana Menteri Netanyahu dan diakhirinya perang di Gaza.
Ribuan pendukung, teman dan keluarga tawanan Israel yang dibawa oleh Hamas pada tanggal 7 Oktober lalu berunjuk rasa di “Lapangan Penyanderaan” Tel Aviv pada hari Sabtu (6/1/2024).
“Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya karena, sepanjang awal perang ini, semua orang telah sepakat, termasuk para pengunjuk rasa anti-pemerintah, bahwa mereka perlu bersatu pada saat terjadi perang, pada saat para tawanan masih ditahan di Gaza," kata Sara Khairat dari Al Jazeera, melaporkan dari Tel Aviv.
Jumlah orang yang hadir di alun-alun tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan beberapa minggu terakhir saat hanya puluhan hingga ratusan orang berkumpul.
“Sekarang, beberapa ribu orang berkumpul di sini,” kata koresponden Al Jazeera.
Para pengunjuk rasa berteriak:
“Bushah bushah, bushah”, yang berarti “malu, malu, malu” mengacu pada pemerintah.
Mereka juga menyalahkan Netanyahu dan pejabat lainnya atas peristiwa 7 Oktober.
“Ini memberi Anda gambaran betapa marahnya beberapa orang ini,” kata Khairat.
Di Yerusalem, orang-orang berkumpul di depan rumah Presiden Israel Isaac Herzog untuk berdemonstrasi, menuntut pengembalian lebih dari 100 tawanan yang masih ada di Gaza.
3. Pengamat Sebut Hamas Bisa Menang Lawan Israel, Apa Alasannya?
Perang Hamas-Israel telah berlangsung hampir tiga bulan sejak pertama kali pecah pada 7 Oktober 2023 lalu dengan serangan roket Hamas ke Israel.
Pengamat militer sekaligus kontributor Aljazeera hingga Middle East Eye, Richard Silverstein, mengungkapkan adanya kemungkinan besar Hamas akan menang atas pasukan Zionis Israel dalam peperangan di Gaza tersebut.
Ada beberapa alasan dan analisis yang disampaikan Silverstein dan salah satunya adalah serangan awal Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu.