TRIBUNNEWS.COM – Badan Intelijen Pertahanan (DIA) Amerika Serikat (AS) meyakini pasukan Israel tidak akan menang melawan kelompok Hizbullah di Lebanon.
Menurut DIA, Israel akan kesusahan menghadapi perang di dua medan tempur, yakni Gaza dan Lebanon.
Adapun Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mulai bertukar serangan dengan Hizbullah sejak perang Hamas-Israel meletus tanggal 7 Oktober 2023.
Dilansir dari Russian Today, pada hari Sabtu, (6/1/2024), Hizbullah juga melancarkan serangan terhadap pos intelijen Israel.
Serangan itu adalah balasan Hizbullah atas serangan Israel yang menewaskan pemimpin Hamas bernama Saleh al-Arouri di Beirut beberapa waktu lalu.
Di sisi lain, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sudah berjanji akan membuat “perubahan besar” dalam hal situasi keamanan di sepanjang perbatasan Lebanon.
Koran kenamaan AS, Washington Post, mengklaim para pejabat AS sudah memperingatka Netanyahu agar tidak membuka front perang kedua.
“Jika akan Israel melakukannya, perkiraan rahasia terbaru dari DIA menyebutkan Israel akan susah menang karena aset dan sumber daya militernya akan terlalu sedikit dikerahkan lantaran adanya konflik di Gaza,” demikian laporan Washington Post dengan mengutip dua pejabat anonim.
Israel sendiri hanya memiliki militer dalam jumlah kecil saat masa damai. Negara Yahudi itu mengandalkan tentara cadangan saat masa perang.
IDF sudah memanggil sekitar 360.000 tentara cadangan setelah perang Israel-Hamas meletus tahun lalu.
Pekan lalu seorang pejabat senior Israel berkata kepada Reuters bahwa ada sejumlah tentara cadangan yang akan segera dibebastugaskan.
Sementara itu, belakangan ini Hizbullah sedang sibuk melawan Israel di perbatasan.
Baca juga: Amerika Serikat Mengingatkan Sulit bagi Israel untuk Menang Perang Melawan Hizbullah, Begini Kata AS
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengklaim pihaknya melawan sepertiga pasukan Israel di sepanjang perbatasan Israel-Lebnon demi mencegah mereka dikerahkan ke Gaza.
Nasrallah menyebut pertempuran kecil dengan IDF membuat para pemimpin militer dan politik Israel dilanda kekhawatiran dan kepanikan.