Raja Yordania Abdullah Sebut Perang Brutal Israel di Gaza Ciptakan Generasi Anak Yatim Piatu di Gaza
TRIBUNNEWS.COM- Raja Yordania, Abdullah menyebut perang Brutal yang dilakukan Israel di Gaza telah menciptakan generasi anak yatim piatu di Gaza.
Raja Yordania Abdullah mengatakan pada hari Senin (8/1/2024) bahwa Israel telah menciptakan generasi anak yatim piatu melalui perang brutal di Gaza.
Di mana ia mengatakan lebih dari 30.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah terbunuh atau hilang akibat konflik tersebut, seperti laporan dari Reuters.
Dalam sambutannya di Kigali Genocide Memorial di Rwanda, di mana Raja Yordania Abdullah berbicara tentang kejahatan yang tak terkatakan selama konflik Afrika tersebut, Abdullah mengatakan bahwa pelajaran yang bisa diambil adalah bahwa agresi tanpa pandang bulu Israel di Gaza tidak akan pernah menjamin keamanannya. Pernyataannya disampaikan di media pemerintah menyusul pernyataan istana kerajaan.
“Lebih banyak anak yang meninggal di Gaza dibandingkan konflik lain di seluruh dunia pada tahun lalu. Dari mereka yang selamat, banyak yang kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya, satu generasi anak yatim piatu,” ujarnya.
Baca juga: Raja Yordania Abdullah II Minta Tolong Antony Blinken Upayakan Gencatan Senjata di Gaza
Baca juga: Sibuk Hancurkan Gaza, Agrikultur Israel Morat-marit, Hasil Panen Yordania Banjiri Pasar
Baca juga: Yordania Dukung Afrika Selatan Seret Israel ke Pengadilan Internasional atas Kejahatan Genosida Gaza
Baca juga: Presiden Mesir dan Raja Yordania Abdullah II Tolak Gagasan Israel Usir Warga Gaza dan Tepi Barat
“Bagaimana agresi dan penembakan tanpa pandang bulu dapat membawa perdamaian? Bagaimana mereka bisa menjamin keamanan, jika mereka dibangun di atas kebencian?” Kata Abdullah tentang perang Israel melawan kelompok Hamas.
Raja, yang mengunjungi situs Peringatan Genosida Rwanda dan menulis komentar di daftar pengunjung, diberi pengarahan tentang pameran yang menceritakan kembali kengerian pembunuhan tahun 1994.
Ia mengatakan pengalaman Rwanda “mengajarkan kita bahwa kita harus melawan retorika tidak manusiawi yang memicu konflik”.
“Kisah Anda dapat menjadi mercusuar bagi kita semua – bagaimana masyarakat di negara ini mengambil tindakan setelah kejahatan yang sangat besar ini, dan berupaya menuju rekonsiliasi, untuk menyembuhkan luka lama dan mencegah genosida terjadi lagi,” katanya dalam sambutannya yang disiarkan televisi.
(Sumber: Middle East Monitor)