Fakta-Fakta Rinci Operasi Banjir Al-Aqsa Hamas 7 Oktober: 70 Pejuang Pilihan Jebol Tembok Tebal Israel
TRIBUNNEWS.COM - Pada Rabu (10/1/2024), sumber yang dekat dengan Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, mengungkapkan rincian baru tentang Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.
Mengutip surat kabar Arab yang berbasis di London, Asharq Al-Awsat, Al-Ghad melaporkan, sumber tersebut mengatakan kalau operasi tersebut dimulai dengan hanya 70 pejuang yang melancarkan serangan mendadak dari beberapa daerah di sepanjang perbatasan Gaza.
Baca juga: Pejabat Israel: Serangan Hizbullah Bikin Pemukiman Kami Kembali ke Zaman Batu
"Inilah para pejuang pertama yang melintasi perbatasan Israel-Gaza dengan meledakkan alat peledak yang disiapkan khusus untuk membuat lubang di tembok tebal," tulis laporan tersebut.
Mereka juga melintasi tembok dengan menggunakan pesawat layang dan parasut yang menjatuhkan pejuang di sekitar lokasi Israel.
Para pejuang ini dipilih dari berbagai wilayah di Gaza, di antara ratusan anggota “unit elite”.
Mereka menerima pelatihan intensif selama bertahun-tahun dan diuji secara berkala untuk mengetahui kemampuan dan mengembangkan keterampilan tempur mereka.
Baca juga: Ancaman Hizbullah Bukan Isapan Jempol, Keamanan Israel: 1.500 Roket Bakal Hantam Tel Aviv Tiap Hari
Sudah Lama Direncanakan
Menurut sumber tersebut, rencana penyerangan terhadap permukiman tersebut bukanlah hal baru namun telah dipertimbangkan dan dipersiapkan sebelum perang tahun 2014.
Ketika perang itu pecah, Hamas membekukan rencana tersebut.
Segera setelah Pertempuran Pedang Yerusalem pecah pada tahun 2021, Brigade Al-Qassam memutuskan untuk mempersiapkan dan melaksanakan Operasi Banjir Al-Aqsa ketika keadaan memungkinkan.
Tak lama kemudian, brigade tersebut mulai melatih prajuritnya untuk alasan yang tidak diketahui pada saat itu.
"Kemudian, para pejuang paling terkemuka dipilih untuk Operasi Banjir Al-Aqsa dan mengambil sumpah khusus di depan para pemimpin mereka untuk tidak mengungkapkan rahasia apa pun tentang pelatihan mereka atau rencana operasi tersebut," ulas laporan tersebut.
Sangat Rahasia, Keputusan Hanya Pada Lima Orang
Sumber tersebut mengkonfirmasi bahwa banyak pemimpin brigade tidak mengetahui rincian atau niat serangan yang akan terjadi.
Sangat sedikit yang mendapat informasi mengenai terbatasnya informasi terkait tugas mereka.