TRIBUNNEWS.COM - Maria Vorontsova, putri Presiden Rusia Vladimir Putin, muncul dalam sebuah wawancara TV bulan lalu.
Dikutip dari Newsweek, Maria Vorontsova, yang merupakan seorang ahli endokrinologi, berbincang dengan organisasi nirlaba Medtech.Moscow pada 16 Desember 2023.
Ia membahas kemajuan global dalam bidang kedokteran serta kecintaannya pada literatur dan seni musikal.
Meskipun kemunculan anak tertua Putin itu dipromosikan secara besar-besaran di jejaring sosial Rusia Vkontakte, video tersebut belum ditonton secara luas di YouTube.
Video yang diunggah ke YouTube pada 28 Desember lalu, baru dilihat sekitar 24 ribu kali pada hari Sabtu (13/1/2024).
Dalam wawancara tersebut, Maria Vorontsova, yang tidak terlalu menonjol di mata publik, menyebut Rusia sebagai masyarakat yang berpusat pada manusia dan bukan masyarakat yang berpusat pada ekonomi, di mana nilai kehidupan manusia adalah nilai tertinggi.
Wawancara dengan Vorontsova dipandu oleh CEO Medtech.Moscow, Vyacheslav Shulenin.
Shulenin pernah bertugas di Kantor Wali Kota Moskow antara tahun 2013 dan 2017, menurut outlet berita investigasi independen Rusia Agentstvo.
Jabatan terakhirnya yang terdaftar di kantor wali kota adalah sebagai wakil kepala staf pertama.
Hubungannya dengan ayahnya tidak disebutkan oleh pembawa acara wawancara atau disinggung selama percakapan itu.
Maria Vorontsova adalah satu dari dua putri yang dimiliki Putin bersama istri pertamanya, Lyudmila Shkrebneva.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-688, Capres Rusia Boris Nadezhdin: Perang adalah Kesalahan Besar Putin
Putin dan Lyudmila Shkrebneva bercerai pada 2013.
Maria Vorontsova dan adiknya perempuannya, Katerina Tikhonova, sama-sama sudah berkeluarga memiliki anak sendiri.
Tetapi, Putin tidak pernah secara terbuka mengakui kedua wanita tersebut sebagai putrinya.
Sementara, Kremlin sangat menjaga detail kehidupan mereka.
Vorontsova juga belum secara terbuka mengomentari invasi Rusia ke Ukraina.
Pernyataan Vorontsova tentang nilai kehidupan manusia dalam masyarakat Rusia menarik perhatian beberapa pengguna di X, sebelumnya Twitter.
“Bagi kami, nilai tertinggi adalah nilai kehidupan manusia," ujar Maria Vorontsova.
Beberapa pengguna X menyebutnya munafik mengingat aksi ayahnya terhadap perang di Ukraina.
"Saya ingin tahu apakah mereka yang terlibat dalam 'mobilisasi parsial' ayahnya dan dikirim ke Bakhmut atau Maryinka akan setuju," tulis jurnalis BBC, Francis Scarr, di X pada hari Jumat.
Para pejabat AS memperkirakan pada bulan Desember bahwa konflik Rusia-Ukraina telah menyebabkan 315.000 tentara Rusia tewas dan terluka sejak invasi 24 Februari 2022.
Angka tersebut mewakili 87 persen pasukan Rusia sebelum perang.
Putin mengumumkan mobilisasi parsial pada bulan September 2022, memanggil 300.000 cadangan militer untuk bergabung dalam upaya perang.
Sebuah kelompok sipil Ukraina mengatakan mereka telah mengkonfirmasi kematian 24.500 tentara Ukraina pada bulan November.
Sebuah laporan New York Times yang mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya menyebutkan jumlah korban tewas di Ukraina hampir mencapai 70.000 pada bulan Agustus.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)