Qatar pada Selasa mengumumkan keberhasilan mediasinya, bekerja sama dengan Prancis, dalam mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas.
Perjanjian tersebut mencakup masuknya obat-obatan dan pengiriman bantuan kemanusiaan ke warga sipil di Gaza, terutama di daerah yang paling terkena dampak dan rusak, dengan imbalan pengiriman obat-obatan yang dibutuhkan oleh para sandera Israel di Jalur Gaza.
Israel adalah negara pertama yang mengumumkan perjanjian tersebut, tanpa menyebutkan secara spesifik bahwa pengiriman tersebut juga mencakup obat-obatan untuk warga Palestina.
Israel mengklaim bahwa Hamas telah menahan 136 warga Israel di Gaza sejak 7 Oktober, sementara Hamas menuntut gencatan senjata di Gaza dan pembebasan tahanan Palestina dari penjara Israel dengan imbalan pembebasan tahanan Israel dalam tahanannya.
Sejak 7 Oktober, tentara Israel telah melakukan perang dahsyat di Gaza, yang mengakibatkan 24.448 kematian dan 61.504 luka-luka pada hari Rabu.
Konflik tersebut telah menyebabkan lebih dari 85 persen penduduk di Jalur Gaza – sekitar 1,9 juta penduduk – mengungsi – menurut otoritas Palestina dan PBB.
Mediasi Qatar Berhasil Mencapai Kesepakatan Bawa Bantuan Obat-obatan ke Gaza
Mediasi Qatar berhasil mencapai kesepakatan untuk membawa bantuan dan obat-obatan ke Gaza.
Kementerian Luar Negeri Qatar mengumumkan bahwa mediasi Qatar berhasil mencapai kesepakatan antara Gerakan Perlawanan Islam Hamas dan entitas Zionis, untuk membawa obat-obatan dan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Pusat Informasi Palestina mengutip Kementerian Luar Negeri Qatar dalam sebuah pernyataan, mengatakan: Perjanjian tersebut mencakup masuknya obat-obatan dan bantuan kepada warga sipil di Gaza, sebagai imbalan atas pengiriman obat-obatan yang dibutuhkan oleh para tahanan Zionis.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Dr Majid Al-Ansari, menekankan kelanjutan upaya dengan mitra regional dan internasional pada fase berikutnya, terutama dalam aspek kemanusiaan dan evakuasi medis sebagai bagian dari upaya Qatar untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza.
(Sumber: Middle East Monitor, Saba, Anadolu Agency)