TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menegaskan kembali penolakannya terhadap negara Palestina dalam pidatonya yang berapi-api mengenai perang di Gaza.
Juru bicara resmi Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rudeineh, menanggapi pernyataan Netanyahu itu.
Ia mengatakan, perdamaian hanya akan terwujud setelah berdirinya negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya di perbatasan pada 1967.
“Tidak akan ada keamanan dan stabilitas di kawasan ini tanpa pembentukan negara Palestina yang merdeka," ujarnya, Jumat (19/1/2024), dilansir Al Jazeera.
“Seluruh wilayah berada di ambang letusan gunung berapi karena kebijakan agresif yang dilakukan otoritas pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina dan hak-hak sah mereka,” tambah dia.
Netanyahu Bersumpah Tak akan Ada Negara Palestina
Pada Kamis (18/1/2024), Benjamin Netanyahu menolak prospek pembentukan negara Palestina setelah perang Israel-Hamas di Gaza.
Bahkan, Netanyahu bersumpah untuk menentang Amerika Serikat (AS) mengenai masalah tersebut.
Ia juga membantah mengabaikan menteri pertahanannya atas kesepakatan pengiriman obat-obatan ke Gaza untuk para sandera Israel.
Netanyahu juga menuduh media Israel menyebarkan pesimisme mengenai kemajuan perang.
Dia mengatakan Hamas dan Iran berharap pemerintahannya jatuh dan pemilu diadakan di tengah perang.
Baca juga: Asalkan Tak Terkait Israel, Houthi Janjikan Jalur Aman bagi Kapal Rusia dan China di Laut Merah
Mengenai masalah kedaulatan Palestina, Netanyahu berbicara setelah adanya laporan pada Rabu (17/1/2024).
Pemerintahan Joe Biden mengabaikan perdana menteri untuk memajukan solusi dua negara.
Hal ini beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengatakan Israel tidak dapat mencapai keamanan sejati tanpa jalan menuju negara Palestina.
“Siapa pun yang berbicara tentang 'hari setelah Netanyahu', pada dasarnya berbicara tentang pembentukan negara Palestina dengan Otoritas Palestina," katanya, seperti diberitakan The Times of Israel.