TRIBUNNEWS.COM - Puluhan keluarga dari para sandera berkumpul di luar rumah pribadi Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu di Caesarea untuk menuntut agar sandera Hamas segera dibebaskan usai selama 100 hari ditawan, Sabtu (20/1/2024).
Dikutip dari Al-Arabiya, mereka berencana untuk bermalam dengan memasang tenda-tenda di luar rumah Netanyahu sebagai wujud protes atas tidak adanya kemajuan yang terlihat dari pemerintah dalam kesepakatan pembebasan sandera.
Salah satu kerabat sandera, Eli Shitivi, yang anaknya, Idan (28), telah ditahan di Gaza sejak diculik dari festival musik Supernova pada 7 Oktober 2023 lalu.
Sebagai wujud protes, Eli pun melakukan mogok makan sejak Jumat (19/1/2024) kemarin.
Dia mengungkapkan, hanya akan makan seperempat roti pita setiap harinya seperti dengan pola makan dari para sandera yang ditahan Hamas di Gaza.
Di sisi lain, Hamas mengungkapkan tidak akan membebaskan lebih dari 100 sandera jika serangan Israel ke Gaza tidak diakhiri.
Seiring dengan munculnya perpecahan dalam Kabinet Perang Israel mengenai rencana untuk membawa pulang para sandera, beberapa keluarga melakukan aksi protes secara spontan, karena khawatir nyawa orang-orang yang mereka cintai berada dalam bahaya yang semakin meningkat.
Sementara, seakan tak menggubris permintaan Hamas soal syarat pembebasan sandera, pasukan Israel justru semakin brutal dalam melancarkan serangan ke Gaza.
Kini, mereka disebut telah berfokus untuk menyelesaikan operasi besar di Gaza Utara, Gaza tengah, dan kota Khan Younis yang berada di Gaza selatan.
Baca juga: Netanyahu Klaim 1 Dekade Israel Hambat Proyek Senjata Nuklir Iran Demi Lindungi Dunia
Netanyahu Tolak Perundingan dengan Hamas soal Pembebasan Sandera
Sementara pada Kamis (18/1/2024) lalu, Netanyahu secara tegas sudah menolak untuk memulai perundingan baru dengan Hamas untuk membebaskan sandera yang ditahan di Gaza.
Dikutip dari Anadolu Agency, ada seorang menteri Israel yang enggan disebutkan namanya telah menguraikan kerangka kesepakatan yang bakal dibahas dengan Hamas selama beberapa hari dengan tujuan menjamin pembebasan tawanan Israel yang ditahan Hamas.
Adapun negosiasi itu rencananya akan ditengahi oleh seorang mediator yang tidak disebutkan namanya.
Namun, alih-alih setuju, Netanyahu dengan tegas menolak kerangka tersebut.
Bahkan, penolakan tersebut tidak disertai dengan koordinasi dengan menteri Kabinet Perang Israel, Benny Gantz dan Gadi Eisenkot.
Selain menolak, seorang pejabat politik Israel juga menyebut Netanyahu seakan mempersulit upaya mencapai kesepakatan dengan Hamas untuk membebaskan para sandera.
Tak sampai di situ, syarat yang dilayangkan Hamas untuk pembebasan sandera pun turut ditolak mentah-mentah oleh Netanyahu.
Sebagai informasi, Israel mengeklaim Hamas masih menyandera 136 warga Israel di Gaza sejak perang meletus pada 7 Oktober 2023 lalu.
Baca juga: Hamas Masih Kuat, IDF Sibuk Angkut Tentara Ambruk di Gaza, Netanyahu: Perang Bisa Lanjut Hingga 2025
Sedangkan Hamas turut menuntut segera adanya gencatan senjata di Gaza dan pembebasan tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel sebagai imbalan atas pembebasan warga Israel yang disandera.
Sementara per Jumat (19/1/2024), perang Hamas-Israel di Gaza telah menewaskan 24.987 orang.
Kemudian, ada 62.108 orang terluka dan 8.000 orang dinyatakan hilang.
Lalu, korban tewas di Tepi Barat mencapai 368 orang dan ada 4.000 orang terluka.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Konflik Palestina vs Israel