TRIBUNNEWS.COM - Badan-badan intelijen Amerika Serikat (AS) melaporkan, Hamas telah kehilangan 20-30 persen pejuangnya setelah Israel melancarkan perang di Gaza selama berbulan-bulan.
AS lantas menyimpulkan, Hamas masih jauh dari kehancuran.
Outlet berita AS Wall Street Journal mengatakan, badan-badan itu juga mengungkapkan Hamas masih memiliki cukup persenjataan untuk terus menyerang pasukan Israel.
Selain itu, Hamas juga dianggap masih dapat meluncurkan roket ke Israel selama berbulan-bulan.
Diberitakan Al Jazeera, para pejuang Hamas mungkin harus memikul lebih banyak tugas karena kehilangan rekan-rekannya.
Meski begitu, Hamas masih jauh dari tidak mampu dan telah mengubah taktik operasional mereka untuk menyesuaikan diri.
Laporan itu juga mengatakan, para pejabat Israel memperkirakan hingga 16.000 pejuang Hamas terluka dan sekitar setengah dari mereka tidak akan kembali ke medan perang.
Namun, perkiraan AS menyebutkan jumlah tersebut antara 10.500 dan 11.700 pejuang, banyak di antaranya dapat kembali.
Pekan lalu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan, lebih dari 9.000 anggota Hamas dan kelompok lainnya telah dibunuh oleh IDF di Jalur Gaza sejak awal perang.
Dilansir The Times of Israel, seorang komandan senior IDF mengatakan, Hamas diyakini memiliki sekitar 30.000 pejuang pada 2021.
IDF menilai, pertempuran di Gaza kemungkinan akan berlangsung sepanjang tahun 2024, karena Israel berupaya melucuti kemampuan militer dan pemerintahan Hamas.
Baca juga: Media AS Sebut Israel Gagal di Gaza: Komanda Militer IDF Frustasi, Infrastruktur Hamas Lebih Canggih
Mereka juga bersumpah untuk terus berperang sampai semua sandera yang tersisa dibebaskan dari penawanan.
Asal Senjata yang Digunakan Hamas
Berdasarkan analisis Associated Press terhadap lebih dari 150 video dan foto yang diambil dalam tiga bulan pertempuran, Hamas telah mengumpulkan beragam persenjataan dari seluruh dunia.
Persenjataan Hamas disebut sebagian besar diselundupkan melewati blokade selama 17 tahun yang bertujuan menghentikan pembangunan militer.