TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah anggota parlemen Amerika Serikat yang pro-Israel menyatakan keraguan mereka terhadap PM Benjamin Netanyahu mengenai caranya menangani perang di Gaza, NBC News melaporkan.
Tiga anggota parlemen yang diwawancarai NBC News bertanya-tanya apakah Netanyahu memiliki strategi nyata dalam perang melawan Hamas.
Mereka menduga Netanyahu sengaja memperpanjang perang agar ia tetap berkuasa.
Salah satu anggota DPR dari Partai Republik mengatakan "sangat sulit" untuk membela Netanyahu.
Ia menyatakan bahwa PM Israel memiliki keuntungan politik tersendiri bila menghindari gencatan senjata.
Anggota parlemen itu menekankan ada ketidakpercayaan terhadap kemampuan Netanyahu memimpin, baik di pemerintahan maupun di lapangan.
Seorang anggota DPR dari Partai Demokrat yang menyebut dirinya sebagai "teman kuat" Israel, justru menyebut Netanyahu sebagai "bencana".
Ia menyatakan keprihatinan atas perang tanpa akhir yang menewaskan terlalu banyak warga sipil di Gaza.
Pendapat tersebut sejalan dengan laporan serupa mengenai para pejabat AS yang semakin frustrasi menghadapi Netanyahu.
Sumber yang mengetahui secara langsung mengungkapkan kepada Axios bahwa Presiden AS Joe Biden dan pejabat AS lainnya semakin geram dengan penolakan Benjamin Netanyahu untuk mengabulkan sebagian besar permintaan AS baru-baru ini mengenai perang Gaza.
Netanyahu berulang kali mengabaikan seruan AS untuk membahas kemungkinan penyelesaian pascaperang, termasuk melibatkan Otoritas Palestina (PA) untuk berperan di Gaza.
Baca juga: Ohad Yahalomi, Sandera Israel yang Tewas Kena Bom IDF, Sempat Kritik Netanyahu
Di tengah meningkatnya ketegangan, Netanyahu dan Biden belum mengadakan pembicaraan langsung sejak percakapan telepon mereka pada tanggal 23 Desember lalu.
Percakapan itu dilaporkan diputus sepihak oleh Joe Biden setelah Netanyahu menolak untuk memberikan pendapatan pajak kepada Otoritas Palestina, menurut laporan media Israel.
“Pembicaraan ini selesai,” kata Biden kepada Netanyahu sebelum menutup teleponnya.