Intelijen AS: Pejuang Hamas Beradaptasi, Masih Bisa Serang Israel Berbulan-bulan
TRIBUNNEWS.COM - Brigade Al-Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas dilaporkan hanya kehilangan sekitar 20 hingga 30 persen kekuatan tempurnya selama perang Gaza melawan Israel yang kini sudah berlangsung hampir empat bulan sejak 7 Oktober 2023 silam.
Analisis kekuatan Hamas itu dilontarkan intelijen AS yang dikutip oleh Wall Street Journal (WSJ).
"Jumlah korban Brigade Al Qassam tersebut sejauh ini masih jauh dari tujuan Israel untuk menghancurkan kelompok tersebut dan menunjukkan ketangguhannya setelah perang berbulan-bulan yang telah menghancurkan sebagian besar Jalur Gaza,” tulis outlet berita tersebut pada tanggal 21 Januari.
Baca juga: Hamas Lebih Canggih dari Perkiraan Intelijen IDF, Media AS: Israel Gagal Capai Semua Tujuan Perang
Menurut perkiraan intelijen AS, kelompok perlawanan Gaza masih memiliki cukup amunisi untuk terus meluncurkan roket ke Israel dan mempertahankan operasinya melawan pasukan Israel di Gaza selama beberapa bulan.
Satu di antara kunci dari bertahannya milisi Hamas dari bombardemen Israel adalah kemampuan beradaptasi dalam beragam hal, termasuk strategi perang.
“Pejuang kelompok ini telah menyesuaikan taktik mereka, beroperasi dalam kelompok yang lebih kecil dan bersembunyi di antara penyergapan terhadap pasukan Israel, sementara pejuang individu kemungkinan akan mengambil lebih banyak tugas untuk mengisi kekosongan dari rekan-rekan mereka yang tewas,” WSJ mengutip analis militer yang mengatakan.
Baca juga: IDF Tarik Mundur Satu Divisi Penuh Pasukan dari Jalur Gaza, Menteri Israel: Kesalahan Besar!
Penarikan Pasukan IDF Adalah Kesalahan
Israel baru-baru ini mengurangi operasi darat di Jalur Gaza atas tekanan AS, dengan menarik sebagian pasukannya dari Gaza.
Pada hari Senin, tentara Israel menarik Unit 36 dari Jalur Gaza. Divisi ke-36 beroperasi di lingkungan Al-Zaytoun, Al-Shati, Shujaiya, dan Al-Rimal di Kota Gaza, di utara.
“Pengurangan intensitas dan aktivitas [tentara Israel] di Jalur Gaza dan penarikan pasukan [di Gaza] adalah sebuah kesalahan,” kata Menteri Israel Gideon Saar pada 16 Januari.
“Kita perlu memutuskan untuk meningkatkan tekanan terhadap Hamas. Kita juga perlu memutuskan bahwa perubahan pada situasi pertempuran didasarkan pada kemajuan dan pencapaian tujuan, bukan pada jadwal.”
Para pejabat militer Israel sebelumnya sempat sesumbar bahwa kehadiran Hamas di Gaza utara telah dibubarkan.
Namun, kelompok tersebut terus menghadapi tentara Israel di beberapa wilayah utara, sehingga sering melakukan penyergapan.
Baca juga: Jawab Koar-koar Tentara Israel, Hamas Hujani Netivot-Givolim dengan Puluhan Roket dari Gaza Utara
Roket juga terus terbang keluar dari utara Gaza, menargetkan permukiman dan Kibbutzim di sekitar Jalur Gaza. Hal ini terlepas dari kenyataan bahwa Israel terus-menerus mengklaim menargetkan infrastruktur militer Hamas.
“Dugaan pencapaian yang diumumkan musuh… merupakan ejekan bagi kami… akan tiba saatnya kami membuktikan klaim tersebut salah,” kata juru bicara Brigade Qassam Abu Obeida pada 14 Januari.
Pasukan Israel juga menghadapi perlawanan sengit di selatan Gaza, tempat operasi militer kini terfokus. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada 16 Januari kalau perang dapat berlangsung hingga tahun 2025.
Baca juga: Hamas Masih Kuat, IDF Sibuk Angkut Tentara Ambruk di Gaza, Netanyahu: Perang Bisa Lanjut Hingga 2025
Tel Aviv telah meningkatkan pemboman tanpa pandang bulu di beberapa wilayah Jalur Gaza, yang paling menonjol di kota selatan Khan Yunis.
Lusinan orang tewas dalam 24 jam terakhir ketika “pasukan Israel menargetkan rumah sakit, ambulans, dan sekolah tempat ribuan warga sipil berlindung,” lapor Al-Jazeera.
(oln/tc/aja/*)