Penolakan tersebut muncul sebagai tanggapan terhadap laporan yang diterbitkan oleh CNN yang mengatakan, “Netanyahu mengatakan kepada Biden melalui panggilan telepon pribadi bahwa dia tidak menutup kemungkinan terbentuknya negara Palestina dalam bentuk apa pun.”
Keretakan AS-Israel Makin Dalam
Namun penolakan terbuka terbaru Netanyahu terhadap negara Palestina merdeka menguak keretakan yang semakin dalam antara sekutu negara apartheid tersebut dan puncak resolusi yang telah disepakati oleh para pemimpin Barat untuk mengakhiri gerakan kolonial Zionisme.
“Perdana menteri harus mampu mengatakan tidak kepada teman-teman kita,” tambah Netanyahu, sambil mengatakan kalau dia telah mengatakan hal yang sama kepada AS saat konferensi pers pada Jumat.
Pendirian Netanyahu ini bertentangan dengan kebijakan AS yang mendukung solusi dua negara sebagai bagian dari tatanan pascaperang di Gaza dan Tepi Barat.
Meskipun secara gigih membela bombardemen Israel di Gaza, Washington mengatakan kalau persiapan untuk “the day after the war” mencakup kemajuan dalam pembentukan negara Palestina.
“Akan ada Gaza pasca-konflik, tidak ada pendudukan kembali di Gaza,” ujar Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan kepada wartawan di pesawat Air Force One setelah pidato Netanyahu.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller juga mengatakan Israel kini mempunyai peluang untuk terlibat dalam gagasan negara Palestina, karena negara-negara di kawasan siap memberikan jaminan keamanan.
“Tidak ada cara untuk menyelesaikan tantangan jangka panjang [Israel] untuk memberikan keamanan abadi dan tidak ada cara untuk menyelesaikan tantangan jangka pendek dalam membangun kembali Gaza dan membangun pemerintahan di Gaza serta memberikan keamanan bagi Gaza tanpa pembentukan negara Palestina,” katanya pada konferensi pers kemarin.
Hipokrasi From The River to The Sea
Meskipun komentar Netanyahu menegaskan kembali pendiriannya, komentar tersebut memicu pertikaian sengit, terutama di media sosial.
Perdana Menteri Israel yang paling lama menjabat dan tersukses ini tidak pernah berbasa-basi mengenai penolakannya terhadap negara Palestina.
Pemimpin Partai Likud itu pernah berkata bahwa dia “bangga” telah “mencegah pembentukan negara Palestina.”
Keberatan Partai Likud terhadap negara Palestina tertuang secara jelas dalam platformnya, “Hak orang Yahudi atas tanah Israel adalah abadi dan tidak dapat disangkal… oleh karena itu, Yudea dan Samaria tidak akan diserahkan kepada pemerintahan asing mana pun; antara Laut dan Sungai Yordan hanya akan ada kedaulatan Israel.”
Pengguna X memanfaatkan referensi Netanyahu terhadap slogan “dari sungai ke laut” untuk mengungkap standar ganda dan hipokrasi (kemunafikan) Barat dalam mencoba melarang nyanyian tersebut ketika aktivis pro-Palestina menggunakannya.
Penyair Remi Kanazi menulis: