TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Israel diguncang dengan kabar kematian 24 tentaranya, termasuk tiga perwira, dalam pertempuran selama 24 jam di Al-Maghazi di Jalur Gaza pada Senin (22/1/2024).
Kekacauan ini terlihat dari reaksi pejabat-pejabat Israel yang mengatakan hari itu adalah hari terburuk sejak pertempuran melawan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) yang berlangsung lebih dari empat bulan.
Mantan Perdana Menteri Israel, Yair Lapid, mengkritik Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang tidak mengeluarkan sandera terlebih dahulu dari Jalur Gaza.
Menanggapi brutalnya pertempuran besar itu, pejabat Israel mulai khawatir dengan potensi terbunuhnya sandera yang masih ada di sana.
"Jika Anda (Netanyahu) ingin melenyapkan Hamas, Anda harus mengeluarkan para tahanan terlebih dahulu," kata Yair Lapid, Selasa (23/1/2024).
"Saya sebelumnya telah mengatakan di Knesset dan kepada Perdana Menteri secara pribadi bahwa ada dukungan penuh untuk perjanjian apa pun, tidak peduli betapa menyakitkannya perjanjian itu. Bahkan jika harganya tinggi dan harus menghentikan perang," lanjutnya.
Ia menyebut hari Selasa adalah pagi yang sulit setelah mendapat kabar terbunuhnya 24 tentara Israel.
Yair Lapid menyoroti kekacauan di pemerintahan Israel, di mana antar menteri masih sering bertengkar ketika mencoba menghadapi perang melawan Hamas.
"Setiap pertemuan pemerintah Israel atau Dewan Keamanan berakhir dengan kebocoran dan pertengkaran antar menteri. Ini bukan cara perang dan negara dikelola, dan Anda adalah aib bagi Israel,” lanjutnya, dikutip dari The Times of Israel.
Menurutnya, pemerintahan Netanyahu tidak mampu mengatur perang di Jalur Gaza dengan baik.
Hal ini diperparah dengan kebocoran informasi yang terus menerus dari dalam kabinet perang dan dampaknya bagi warga Israel.
Baca juga: 24 Tentara Israel Tewas dalam 24 Jam, Hamas: Kami akan Tingkatkan Serangan ke IDF
Media Israel Sibuk Tulis Berita Penenang
Segera setelah munculnya berita terbunuhnya 24 tentara Israel di Jalur Gaza, sejumlah media Israel mulai menerbitkan berita dengan kalimat-kalimat penenang.
Hal ini untuk mencegah ketegangan dan kekhawatiran di antara rakyat Israel.
Kata-kata "kepahlawanan tentara" berulang kali digunakan untuk menyampaikan berita utama itu.