Bantah di Belakang Houthi, Iran Dukung Penuh Hamas, Amir-Abdollahian: Netanyahu Tak Bisa Bertahan 10 Menit Tanpa AS
TRIBUNNEWS.COM - Dalam wawancara dengan ABC News pada Selasa (23/1/2024), Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian menegaskan kalau kunci untuk mengakhiri perang dan bombardemen Israel di Gaza serta mencegah konflik regional yang lebih luas, terletak di tangan otoritas Amerika Serikat (AS).
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kata dia, bahkan tidak akan mampu bertahan selama 10 menit mengatasi situasi dan tekanan yang muncul karena peperangan melawan kelompok pembebasan Palestina, Hamas dan gerakan lainnya di Gaza, jika bukan karena dukungan AS.
Baca juga: Kabinet Perang Israel Tempur Beneran, Yoav Gallant Mau Serbu Kantor Netanyahu Bawa Brigade Golani
"Jika AS hari ini menghentikan dukungannya -- dukungan logistik dan senjata, politik dan media -- terhadap perang genosida yang dilancarkan Israel, maka saya dapat meyakinkan Anda bahwa [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu tidak akan bertahan selama 10 menit," ujar diplomat top Iran tersebut kepada Kepala Koresponden Urusan Global ABC News Martha Raddatz.
“Jadi kunci penyelesaian masalah ini ada di Washington sebelum di Tel Aviv,” katanya dari New York di sela pertemuan Dewan Keamanan PBB mengenai Asia Barat.
“Cakupan perang menjadi lebih luas. Ini berarti bahaya perang yang lebih luas di kawasan ini semakin meningkat,” tambah Amir-Abdollahian, seraya menyalahkan AS dan Israel atas meningkatnya ketegangan di kawasan.
“Tidak ada yang akan mendapatkan keuntungan dari perang apa pun. Kami percaya bahwa solusinya bukanlah perang,” tegas pejabat Iran.
Baca juga: Kebinet Perang Israel Mau Rapat di Utara, Pangkalan Militer Meron Malah Kena Lagi Rudal Hizbullah
Bantah Iran di Belakang Houthi Yaman
Ketika didesak oleh Raddatz tentang dukungan Iran terhadap gerakan perlawanan Ansarallah (Houthi) di Yaman, Amir-Abdollahian menolak tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai “(drama) sebuah acara TV.”
Namun, dia kemudian menegaskan dukungan penuh Iran terhadap Hamas, dengan mengatakan kalau milisi tersebut adalah “kelompok pembebasan Palestina yang menentang pendudukan Israel.”
“Tentu saja kami tidak pernah menyetujui pembunuhan terhadap perempuan dan anak-anak, warga sipil dimanapun di dunia. Kami tidak pernah mendukungnya,” tambahnya ketika ditanya tentang korban sipil dalam Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober lalu.
Dalam kunjungannya ke New York, Amir-Abdollahian bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk membahas beberapa topik, termasuk cara mengirimkan bantuan kemanusiaan ke utara dan selatan Gaza.
Dia juga mengadakan pembicaraan dengan rekan-rekannya sesama menteri luar negeri dari Perancis dan Malaysia.
“Hari ini adalah kesempatan untuk berbicara dan berkonsultasi dengan beberapa menteri luar negeri. Pertemuan dan diskusi dengan Menteri Luar Negeri Perancis dan Malaysia keduanya mencakup diskusi yang positif, berwawasan ke depan, dan konstruktif, terutama di bidang bilateral”, kata Amir-Abdollahian.
Menteri luar negeri Iran juga mengadakan pembicaraan dengan timpalannya dari Rusia Sergei Lavrov, ketika keduanya dilaporkan sepakat tentang perlunya gencatan senjata segera di Gaza dan persyaratan untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil.
“Kekhawatiran umum diungkapkan mengenai situasi tegang di Laut Merah, yang telah menurun tajam,” kata Kremlin dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Laut Merah Makin Menyala, Milisi Irak Gabung Houthi Yaman: Adang Hingga Pelabuhan Israel Mati Total
(oln/abc/tc/*)