TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyerang demonstrasi keluarga sandera yang ditahan oleh Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) di Jalur Gaza.
Netanyahu menganggap demonstrasi itu tidak berguna.
Ia berpendapat, tekanan dari warga Israel terhadap pemerintahannya justru membuat Hamas meningkatkan tuntutannya terhadap Israel untuk membebaskan sandera.
“Protes dari keluarga korban penculikan tidak membantu, melainkan meningkatkan tuntutan Hamas dan menunda pemulihan mereka,” kata Netanyahu dalam konferensi pers, Sabtu (27/1/2024), dikutip dari Al Jazeera.
Asosiasi Keluarga Tahanan Israel menyatakan kemarahannya pada pernyataan-pernyataan Netanyahu.
"Perdana Menteri harus mengingat bahwa ia adalah pejabat terpilih dan tugasnya adalah memperbaiki kegagalan dan untuk tidak menegur mereka yang anggota keluarganya diculik," protes Asosiasi Keluarga Tahanan Israel, Sabtu.
Demonstrasi Pecah di Israel
Pada hari itu, ribuan warga Israel berdemonstrasi di beberapa kota untuk menuntut pembubaran pemerintahan Israel.
Demonstrasi tersebut bertepatan dengan demonstrasi keluarga sandera yang memenuhi depan rumah Netanyahu.
Konfrontasi pecah antara polisi Israel dan demonstran di Tel Aviv, memunculkan slogan-slogan yang menuntut lengsernya pemerintahan Netanyahu.
Pasukan polisi menangkap sejumlah pengunjuk rasa yang marah atas pernyataan Netanyahu terkait tidak efektifnya demonstrasi menuntut pembebasan orang-orang yang diculik di Jalur Gaza.
Baca juga: Surat Hamas ke Keluarga Sandera Israel: Pemerintah Netanyahu Bohongi Anda
Dalam gambar yang tersebar di media sosial, terlihat pengunjuk rasa mengangkat slogan-slogan yang menentang Netanyahu, dan menuntut pemilihan umum segera dan pengembalian sandera, dikutip dari The Times of Israel.
Netanyahu Salahkan Qatar
Dalam pidatonya, Netanyahu malah menuduh mediator Israel-Hamas, Qatar, sebagai investor Hamas.
Ia terus mengulang pendapatnya bahwa Qatar bisa menekan Hamas karena keduanya memiliki hubungan baik, namun Qatar memilih tidak melakukannya.
“Qatar dapat memberikan tekanan pada gerakan Hamas, karena Qatar menjadi tuan rumah bagi para pemimpinnya dan mendanainya, dan juga dapat memberikan tekanan pada gerakan Palestina terkait dengan tahanan yang ditahan,” katanya.
"Saya tidak akan menarik kembali kata-kata saya mengenai apa yang saya katakan mengenai Qatar," lanjutnya, merujuk pada rekaman suaranya yang bocor pekan lalu ketika ia kecewa pada Qatar dan AS.
Dalam pidatonya, Netanyahu juga menekankan tujuannya dalam perang melawan Hamas di Jalur Gaza.
“Tujuan kami adalah melenyapkan Hamas, karena kami tidak bisa membiarkan angkatan bersenjata tetap berada di Gaza, dan perang tidak akan berakhir sampai misi tersebut selesai,” kata Netanyahu.
“Di antara kita ada yang meragukan kemampuan kita, tapi jumlahnya sedikit,” tambahnya, menyindir pihak yang meragukan kemampuan Israel. Hamas Palestina vs Israel
Segera setelah Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), Israel meluncurkan serangan besar-besaran di Jalur Gaza.
Kematian warga Palestina di Jalur Gaza mencapai 26.083 jiwa sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Sabtu (27/1/2024), 1.147 kematian di wilayah Israel, dan 369 kematian warga Palestina di Tepi Barat hingga Senin (22/1/2023).
Israel memperkirakan, masih ada kurang lebih 137 sandera yang ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel