TRIBUNNEWS.COM - Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), mengirimkan pesan kepada keluarga sandera Israel di Jalur Gaza.
“Pemerintah Netanyahu berbohong kepada mereka,” tulis Brigade Al-Qassam dalam pesannya, Sabtu (27/1/2024).
Brigade Al-Qassam menanggapi berita soal Benjamin Netanyahu yang bersikeras melanjutkan perang, yang mungkin dapat membunuh semua sandera.
Brigade Al-Qassam mengatakan, selama ini mereka selalu mengumumkan kematian setiap sandera yang terbunuh oleh serangan Israel di Jalur Gaza.
"Kami mengumumkan pembunuhan semua sandera kami setelah mereka menjadi sasaran penggerebekan oleh pesawat tempur Zionis (Israel),” katanya.
“Jika Netanyahu melanjutkan perang, bersiaplah untuk berita seperti itu," lanjutnya, merujuk pada pengumuman terbunuhnya seluruh sandera Israel dalam penggerebekan (oleh tentara Israel) di Jalur Gaza.
Sebelumnya pada Jumat (26/1/2024), Brigade Al-Qassam menerbitkan klip video tiga tentara wanita Israel yang menjadi sandera di Jalur Gaza.
Ketiga sandera itu mengirimkan pesan kepada pemerintah pendudukan Israel.
“Pemerintah (Israel) lalai dalam proses pembebasan kami,” katanya.
Sandera perempuan itu meminta keluarga mereka untuk pergi melakukan demonstrasi untuk memberikan tekanan pada pemerintah (Israel), dikutip dari Al Jazeera.
Mereka menjelaskan, mereka melarikan diri dari satu tempat ke tempat lain sepanjang waktu, akibat pemboman Israel yang terus menerus, yang hampir membunuh mereka beberapa kali.
Baca juga: Sandera Israel ke Netanyahu: Hentikan Perang dan Kembalikan Kami Hidup-hidup
Hamas Palestina vs Israel
Segera setelah Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), Israel meluncurkan serangan besar-besaran di Jalur Gaza.
Kematian warga Palestina di Jalur Gaza mencapai 26.083 jiwa sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Sabtu (27/1/2024), 1.147 kematian di wilayah Israel, dan 369 kematian warga Palestina di Tepi Barat hingga Senin (22/1/2023).
Israel memperkirakan, masih ada kurang lebih 137 sandera yang ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel