News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jika Terjadi, Serangan AS ke Iran Disebut Akan Timbulkan Bencana bagi Ekonomi Dunia, Apa Itu?

Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Bobby Wiratama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jet tempur F-16 milik AS terbang saat latihan militer gabungan di Kota Angeles, Provinsi Pampanga, utara Manila pada 9 Mei 2023. Serangan AS ke Iran disebut akan menjadi bencana bagi ekonomi dunia.

TRIBUNNEWS.COM – Jika Amerika Serikat (AS) benar-benar menyerang Iran, serangan itu disebut akan menimbulkan bencana bagi ekonomi dunia.

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden dan pejabat lainnya telah berjanji akan memberikan tanggapan tegas atas serangan drone di pangkalan militer AS di dekat perbatasan Suriah-Yordania.

Serangan yang terjadi beberapa hari lalu itu dilaporkan menewaskan tiga tentara AS.

Adapun janji Biden itu memunculkan spekulasi bahwa AS nantinya akan menyerang target di Iran.

Mohammd Marandi, seorang guru besar sastra Inggris dan orientalisme di Universitas Teheran, menilai serangan itu akan berdampak  sangat buruk bagi perekonomian dunia.

“Serangan itu akan membuat harga minyak melonjak sangat tinggi,” ujar Marandi dikutip dari Sputnik News.

“Serangan itu pastinya akan menjadi bencana bagi ekonomi global,” katanya menambahkan.

Menurut Marandi, potensi dampak buruk itu akan mencegah AS menyerang Iran secara langsung.

Kata dia, AS akan lebih memilih meneruskan serangannya di Suriah dan Irak. Meski demikian, Marandi juga mengaku bahwa dia juga bisa salah.

Mengenai serangan di pangkalan AS itu, Marandi menyebut kesimpangsiuran tentang apakah pangkalan itu berada di Suriah atau Yordania tidaklah penting.

Hal itu karena kesimpangsiuran itu pada dasarnya menunjukkan bahwa AS tengah menjalankan “aktivitas di Suriah”.

Baca juga: Joe Biden Ditekan untuk Serang Iran, Kemenhan AS Tegaskan Tolak Perangi Iran

Para pejabat AS bersikeras mengatakan bahwa serangan itu terjadi di Tower 22.

Tower 22 adalah pangkalan kecil AS di Yordania yang didirikan lewat kerja sama dengan pemerintah Yordania.

Namun, juru bicara Yordania, Muhannad al Mubaidin, berujar kepada media setempat bahwa serangan itu pada kenyataannya menargetkan pangkalan Al-Tanf yang oleh pemerintah Suriah disebut sebagai wilayah pendudukan ilegal.

Marandi mengatakan ada kemungkinan besar serangan terhadap pasukan AS akan berlanjut.

Hal itu karena AS dianggap bekerja sama dengan Israel dalam perang di Jalur Gaza.

“Orang Amerika dan Eropa mendukung Israel secara finansial, mereka mengirim senjata ke Israel, mereka melayani Israel. Kini mereka juga mencegah bantuan masuk ke Gaza, dan orang Amerika menyerang pasukan yang berupaya menghalangi genosida itu,” ujarnya.

Di samping itu, Marandi meyakini Israel tidak akan bisa bertahan dalam konflik saat ini.

“Saya pikir Israel akan tumbang seperti apartheid di Afrika Selatan. Israel adalah proyek kolonial,” ucap dia.

“Israel adalah rezim apartheid yang dipaksakan kepada penduduk asli di kawasan itu dan tidak akan bertahan,” katanya menambahkan.

AS tolak serang Iran

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (Kemenhan AS) mengaku enggan berperang melawan Iran.

Baca juga: Iran Bantah Terlibat dalam Serangan Drone Mematikan di Tower 22 Yordania

Hal itu disampaikan juru bicara Kemenhan AS, Sabrina Singh, kepada para wartawan.

“Pastinya kami tidak menginginkan perang dan dengan tegas kami tidak melihat Iran ingin berperang dengan AS,” kata Singh, dikutip dari Mehr News.

Meski demikian, kata Singh, AS akan mengambil tindakan jika pasukannya diserang.

“Kami tidak menginginkan perang, tetapi kami akan mengambil tindakan, dan merespons serangan terhadap pasukan kami,” ujarnya.

Mirip dengan Singh, John Kirby yang menjadi koordinator komunikasi strategis di Dewan Keamanan Nasional AS menyebut negaranya tak ingin berperang melawan Iran.

“Kami tidak menginginkan perang dengan Iran. Kami tidak menginginkan konflik yang lebih luas di Timur Tengah,” ujar Kirby kepada CNN pada hari Senin.

“Faktanya, setiap tindakan yang diambil presiden itu dirancang untuk mendeskalasi, untuk mengurangi ketegangan,” katanya menambahkan.

Pernyataan Singh dan Kirby di atas disampaikan dua hari setelah pangkalan militer AS di perbatasan Yordania-Suriah diserang dengan drone. Serangan itu menewaskan tiga tentara AS.

Kelompok perlawanan Islam Irak mengaku berada di balik serangan itu dan telah mengeluarkan pernyataan.

Selama beberapa tahun belakangan kelompok itu melancarkan banyak serangan terhadap pangkalan militer As di Irak dan Suriah.

Jumlah serangan itu meningkat sejak 7 Oktober 2023 atau ketika perang Hamas-Israel meletus.

Baca juga: Fakta-fakta Iran dan Potensi Serangan Langsung AS ke Negeri Mullah

Adapun serangan drone terbaru ini adalah serangan paling mematikan terhadap pasukan AS di kawasan itu sejak pengeboman Abbey Gate, Afganistan, tahun 2021 yang menewaskan 13 tentara AS.

Sementara itu, AS telah mengerahkan pasukan dan peralatan tempurnya ke Suriah dan Irak tanpa mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa.

AS berdalih ingin melawan kelompok teroris, termasuk Daesh atau ISIS.

Adapun pada hari Senin pekan ini juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kan’ani menegaskan bahwa kelompok Perlawanan Islam di kawasan itu tidak menerima perintah Republik Iran dalam hal keputusan dan tindakannya.

Iran mengaku tidak terlibat dalam serangan itu.

Selain itu, Kan’ani menegaskan Iran tidak ikut campur dalam keputusan kelompok perlawanan itu mengenai cara mendukung Palestina atau membela diri mereka.

(Tribunnews/Febri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini