TRIBUNNEWS.COM - Ketua Partai Yisrael Beiteinu Avigdor Lieberman, rival Benyamin Netanyahu dalam perebutan kursi Perdana Menteri Israel, menilai solusi dua negara merupakan hal yang mustahil.
Berdirinya negara Palestina dinilai meningkatkan risiko keamanan Israel.
Orang Israel juga mengkhawatirkan keamanan di perbatasan.
Maka, nyaris tidak mungkin Israel menyetujui solusi dua negara sebagai upaya menghentikan konflik puluhan tahun tersebut.
Sebaliknya, di pihak Palestina juga sulit menerima solusi dua negara sejak perpecahan politik antara Fatah (PLO) yang berkuasa di Tepi Barat dan Hamas di Jalur Gaza.
Perpecahan itu tentu saja menjadi salah satu penghalang solusi dua negara yang tak bisa diabaikan.
Baca juga: Pukulan Telak bagi Rezim Netanyahu, Israel Konfirmasi Tewasnya Komandan Elit Shaldag di Gaza
Karena gerakan Hamas bertujuan menghancurkan Israel.
Sementara, menurut Lieberman, menyerahkan Gaza kepada Otoritas Palestina setelah Hamas dilucuti juga dianggap sangat berisiko.
Liberman secara khusus menentang rencana Otoritas Palestina untuk mendapatkan kembali kendali atas wilayah kantong tersebut setelah perang.
Ia cemas peristiwa 2005 kembali terulang. Saat itu Israel telah menyerahkan Gaza kepada Otoritas Palestina.
Seiring waktu berjalan Hamas memiliki pengaruh cukup besar dan mampu menggulingkan Fatah dalam kudeta berdarah pada tahun 2007.
“Berbicara hari ini seolah-olah Otoritas Palestina dapat mengambil alih Hamas adalah hal yang tidak realistis,” kata Liberman yang pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan Israel itu saat meladeni wawancara dengan Jerusalem Post.
Menurut dia, Mahmoud Abbas dan Partai Fatah-nya sudah sangat bergantung pada dukungan IDF di Tepi Barat.
Lieberman mengatakan gagasan solusi dua negara telah mati.