TRIBUNNEWS.COM – Otoritas Israel membebaskan 114 warga Palestina termasuk empat wanita yang ditahan di penjara Israel selama serangan terbaru mereka di Jalur Gaza.
Pembebasan tersebut dilakukan pemerintah Israel lewat perlintasan komersial Karm Abu Salem atau Kerem Shalom di Jalur Gaza pada Kamis (1/2/2024) waktu setempat.
Namun pasca-ratusan tahanan dibebaskan, wartawan Anadolu mengatakan sejumlah tahanan terlihat mengalami siksaan. Hal tersebut terlihat dari kondisi fisik mereka yang memprihatinkan.
Bahkan 10 dari orang-orang yang dibebaskan itu, termasuk seorang Wanita diindikasi mengalami patah tulang serius pada bagian tangan dan kaki.
Hingga harus dilarikan ke rumah sakit di kota Rafah guna mendapatkan perawatan medis.
Luka tersebut mengindikasikan secara kuat bahwa mereka selama ditahan mengalami penyiksaan sadis tanpa memperoleh perawatan apapun.
“Tampaknya luka itu akibat dari siksaan selama ditahan pasukan Israel,” kata sebuah sumber medis kepada Anadolu.
Tahanan Palestina Disiksa Dengan Cara Dipukul
Tak hanya patah tulang, sejumlah tahanan juga kedapatan mengalami luka pukul di daerah leher dan kepala hingga memicu penumpukan gumpalan darah.
Sementara yang lainnya dilaporkan mengalami kesulitan bernapas, luka dan cakaran, serta bengkak di bagian tangan.
Otoritas Israel terus menolak memberikan memberikan tanggapan terkait penganiayaan sadis yang dilakukan para militernya terhadap tahanan Palestina.
Baca juga: Lusinan Ponsel Aktivis HAM, Pengacara, Jurnalis Yordania Diretas Spyware Pegasus Israel
Perlakuan Tak Manusiawi Dialami Warga Palestina
Kasus penganiayaan seperti ini bukan kali pertama yang dilakukan militer Israel, meski mendapat banyak kecaman dari sejumlah negara. Namun hal etrsebut tak lantas membuat Israel Jera.
Pada pembebasan sandera sebelumnya, Salah seorang tahanan, Mohammed Nazzal dari kota Qabatiya, mengungkap mengalami perlakuan tak manusiawi selama ditahan di penjara Negev.
"Saya ditangkap tiga bulan lalu dan ditahan secara administratif," ungkap Nazzal
“Namun sebelum dibebaskan kami dipukuli secara kejam dengan batangan besi. Saya meletakkan tangan saya di kepala saya untuk melindunginya dari cedera, tetapi tentara tidak berhenti sampai mereka mematahkan tangan saya,” tambah Nazzal.
Setelah mendapat penganiayaan hingga mengalami patah tulang tangan, tentara Israel justru sengaja mengabaikan Nazzal.
Hingga bocah berusia 18 tahun itu didiagnosa menderita komplikasi serius dan membutuhkan perawatan medis mendalam.
Selain kekerasan fisik, para tahanan Palestina juga mengalami perlakuan yang tidak manusiawi selama masa tahanan mereka.
Kelompok Hak Asasi Manusia melaporkan bahwa Layanan Penjara bawah tanah Israel membatasi akses air, makanan, perawatan medis, dan barang-barang komunal bagi para tahanan.
Bahkan para tahanan tidak diperkenankan mendapat kunjungan dari keluarga atau pengacara mereka.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)