Ini Sosok Presiden Masa Depan Palestina yang Diperjuangkan Hamas Agar Bebas dari Penjara Israel
TRIBUNNEWS.COM - Gerakan pembebasan Palestina, Hamas dilaporkan menuntut pembebasan Marwan Barghouti, dalam perundingan gencatan senjata dengan Israel.
The Associated Press melaporkan, Marwan Barghouti dinilai sebagai tahanan paling terkenal Palestina yang ditahan oleh Israel.
Marwan Barghouti juga disebut-sebut sebagai calon presiden Palestina di masa depan.
Baca juga: Kalah Telak, Media Israel: Kesepakatan Gencatan Senjata Baru, Nama-Nama Besar Palestina Bakal Bebas
"Kebebasan Barghouti menjadi pusat (pembahasan) perundingan," tulis laporan tersebut dikutip Senin (5/1/2024).
AP melansir, tujuan kelompok milisi Palestina tampaknya berfokus pada dua hal, yaitu meningkatkan dukungan publik terhadap partai mereka dan mengakui posisi langka Barghouti sebagai pemersatu warga Palestina.
Baca juga: Kesaksian Saat Pertukaran Tawanan di Gaza: Hamas Benar-benar Tidak Bisa Dibunuh Israel
"Hamas ingin menunjukkan kepada rakyat Palestina kalau mereka bukanlah gerakan tertutup. Mereka mewakili bagian dari komunitas sosial Palestina. Mereka berusaha terlihat bertanggung jawab," kata Qadoura Fares dari Kementerian Urusan Tahanan Palestina di wilayah Tepi Barat kepada AP.
Baca juga: PNS-nya Bisa Gajian, Hamas Kerahkan Pasukan ke Lokasi di Mana Tentara Israel Ditarik Mundur di Gaza
Mandela-nya Palestina
Menurut lembaga studi Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa, Barghouti sering digambarkan oleh orang Palestina sebagai 'Mandela-nya Palestina.'"
Ia dipandang sebagai calon presiden Palestina penerus Mahmoud Abbas yang sudah lanjut usia.
Diketahui, Nelson Mandela adalah pemimpin perlawanan terhadap rezim apartheid di Afrika Selatan yang menghabiskan 27 tahun penjara.
Dia kemudian menjadi presiden kulit hitam pertama di negara itu.
Adapun Barghouti, 64 tahun, adalah anggota terkemuka gerakan sekuler Fatah dan mendukung proses perdamaian dengan Israel pada tahun 1990-an namun berubah menjadi sosok perlawanan karena kecewa atas kepalsuan janji Israel.
Dia kemudian memimpin Intifada Kedua (pemberontakan) yang dimulai pada tahun 2000.
Barghouti ditangkap pada tahun 2002 dan menjalani lima hukuman seumur hidup di penjara Israel karena perannya dalam beberapa serangan bom bunuh diri yang mematikan terhadap sasaran-sasaran Israel.