TRIBUNNEWS.COM – Rusia memarahi Amerika Serikat (AS) dan mengklaim Negara Adidaya itu sengaja memicu konflik di Timur Tengah dengan melancarkan serangan udara di Irak dan Suriah.
Hal itu disampaikan oleh Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Vasily Nebenzya, saat rapat Dewan Keamanan PBB hari Senin, (5/2/2024).
“Sudah jelas bahwa serangan Amerika itu secara spesifik dan sengaja ditujukan untuk memicu konflik,” kata Nebenzya dikutip dari Sputnik News.
Nebenzya juga mengklaim serangan di Irak dan Suriah adalah upaya AS untuk memperbaiki citra buruk pemerintahan Presiden AS Joe Biden menjelang pemilihan presiden.
“Serangan udara terbesar AS di kawasan itu sejak tahun 2003, yang dilakukan Biden Joe Biden sebagai tindakan pembalasan atas serangan drone yang tidak diketahui asal-usulnya di pangkalan AS yang lokasinya ilegal di Suriah, tidak bisa dibenarkan,” kata dia.
“Dalam hal ini kita melihat upaya bermain dengan kekuatan, yang pertama ialah keinginan untuk mempengaruhi situasi politik dalam negeri Amerika dan keinginan untuk memperbaiki citra buruk pada pemerintahan Amerika saat ini di panggung dunia menjelang kampanye pmilihan presiden.”
Nebenzya kemudian meminta masyarakat dunia untuk mengecam keras tindakan sembrono AS dan sekutunya di Timur Tengah.
Dia turut menyebut serangan AS itu melanggar kedaulatan Irak dan Suriah dan melanggar hukum internasional.
“Kita berterima kasih kepada Wakil Sekjen Rosemary DiCarlo atas pengarahannya, kami banyak mendengar banyak ucapan tak masuk akal dari dia, tetapi kita tidak mendengar hal yang paling penting, kecaman atas pelanggaran hukum internasional oleh AS dan Inggris,” ucapnya.
Kecaman Irak dan Suriah
Menteri Luar Negeri Suriah Faisal al-Miqdad mencela serangan AS di negaranya.
Baca juga: Terungkap, AS Ngibul tentang Serangan di Irak, Akui Tak Beri Tahu Irak Sebelumnya
Menurut al-Miqdad, serangan itu akan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Suriah justru mengklaim AS telah “menyerang pasukan pemerintah Suriah yang melawan kelompok teroris ISIS.
Adapun Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani mengumumkan masa berkabung atas tewasnya korban serangan AS di al Qaim dan Al Kashat, Irak.
Menurut juru bicara pemerintah Irak, setidaknya ada 18 orang yang rewas karena serangan itu.