TRIBUNNEWS.COM - Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) William Burns, Pimpinan Mossad David Barnea, dan Perdana Menteri (PM) Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani bertemu para pejabat Mesir di Kairo pada Selasa (13/2/2024).
Media Mesir melaporkan, pertemuan itu dimaksudkan untuk membahas gencatan senjata di Gaza.
Seorang sumber Hamas mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa delegasinya berada di Ibu Kota Mesir untuk bertemu mediator Mesir dan Qatar.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby menggambarkan negosiasi tersebut “konstruktif dan bergerak ke arah yang benar”.
Al-Qahera News Mesir melaporkan pertemuan 'kuartet' berlangsung ketika masyarakat internasional semakin mendesak gencatan senjata antara Israel dan kelompok militan Palestina, Hamas yang bertempur di Jalur Gaza.
Qatar dan Mesir telah menjadi penengah antara pihak-pihak yang bertikai dengan dukungan Amerika Serikat (AS).
Proposal gencatan senjata yang diajukan di Paris akhir bulan kemarin sampai sekarang cuma jalan di tempat.
"Hamas dan faksi-faksi (militan lainnya) sedang menunggu hasil pertemuan di Kairo, dan Hamas terbuka untuk membahas inisiatif apa pun yang dapat mengakhiri agresi dan perang," papar seorang pejabat Hamas kepada AFP, yang tidak mau disebutkan namanya karena tidak punya wewenang berbicara kepada media.
Dilansir Al Arabiya, upaya gencatan senjata terjadi setelah Gedung Putih dan Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan Israel agar tidak melakukan serangan darat ke Rafah.
Para mediator terus berupaya untuk menghentikan pertempuran sebelum Israel melanjutkan invasi besar-besaran ke Rafah, wilayah yang dihuni lebih dari 1,3 juta pengungsi.
Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini mengatakan kepada wartawan bahwa warga sipil tidak punya tempat lain untuk pergi karena “tidak ada lagi tempat yang aman di Rafah".
Baca juga: Indonesia Tekan DK PBB usai Serangan Israel ke Rafah Palestina
Puluhan warga Palestina tewas dalam pemboman besar-besaran Israel yang menghantam 14 rumah dan tiga masjid.
Dalam postingan di X, badan PBB untuk pengungsi Palestina mengunggah foto para pengungsi yang dipaksa pindah lagi ke bagian tengah Jalur Gaza.
Lusinan pengungsi telah meninggalkan kota Rafah dalam beberapa hari terakhir setelah Israel semakin intensif melakukan penembakan dan serangan udara.
“Tadi malam di Rafah sangat berat," kata Nahla Jarwan, mengacu pada kamp pengungsi pesisir tempat dia melarikan diri pada awal konflik.
"Kami kembali ke al-Maghazi karena takut – mengungsi dari satu daerah ke daerah lain,” urainya.
“Ke mana pun kita pergi, tidak ada keamanan," bebernya.
Dalam perkembangan lain, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menangkap empat warga Palestina di kota Dura, selatan Hebron di Tepi Barat yang diduduki, Wafa melaporkan.
Di antara mereka yang ditahan adalah seorang pria yang dibebaskan beberapa hari lalu, setelah menghabiskan 10 tahun dalam tahanan Israel.
IDF juga menangkap dua pria di kota Nablus, sementara seorang pria lainnya ditahan di kota Biddu, dekat Yerusalem Timur yang diduduki.
"Tentara Israel yang ditempatkan di pos pemeriksaan militer Meitar dekat kota ad-Dhahiriya, selatan Hebron, memukuli seorang pemuda dengan kejam," lapor Wafa.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)