TRIBUNNEWS.COM - Para pejabat kemanusiaan PBB mengatakan, warga Palestina di kota Rafah, bagian selatan Gaza, dilaporkan pindah dari wilayah tersebut menuju wilayah Gaza tengah.
Hal itu seiring dengan intensifnya serangan udara Israel yang terus berlanjut di Rafah.
Dilansir Al Jazeera, diperkirakan sebanyak 1,4 juta warga Palestina, lebih dari separuh populasi Gaza, memadati Rafah.
Sebagian besar dari mereka mengungsi akibat pertempuran di tempat lain di wilayah tersebut.
Ratusan ribu orang tinggal di tenda-tenda yang luas.
Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, menekankan parahnya kekurangan pangan di Rafah dan tempat lain, terutama di Gaza utara.
Adapun Gaza utara menjadi target pertama serangan Israel tersebut, di mana sebagian besar wilayah telah hancur total.
“Di Rafah, kondisi kemanusiaan menjadi semakin parah dengan terus adanya laporan mengenai orang-orang yang menghentikan truk bantuan untuk mengambil makanan,” ungkap Stephane Dujarric, Sabtu (17/2/2024).
Di seluruh Gaza, kata Dujarric, pengiriman bantuan terhambat oleh seringnya penutupan perbatasan, pembatasan impor yang sudah berlangsung lama, kerusakan infrastruktur penting, dan pertempuran.
Serangan Israel ke Rafah
Seorang pejabat tinggi PBB telah memperingatkan serangan Israel terhadap Rafah, dapat menyebabkan 'pembantaian'.
Baca juga: Gubernur New York Minta Maaf Setelah Ucapannya yang Dukung Israel Viral di Media Sosial
Kepala Badan Kemanusiaan Martin Griffiths mengatakan, warga Palestina di Gaza sudah menderita 'serangan yang tidak ada bandingannya dalam hal intensitas, kebrutalan dan cakupannya'.
"Konsekuensi dari invasi Rafah akan menjadi bencana besar," jelasnya, dikutip dari BBC.
Dalam pernyataan yang sangat keras, Griffiths mengatakan, lebih dari satu juta orang "berjejalan di Rafah, menatap kematian".
Ia mengatakan, warga sipil di kota tersebut hanya mempunyai sedikit makanan atau akses terhadap obat-obatan dan tidak ada tempat yang aman untuk pergi.