Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Penggunaan hak veto oleh Amerika Serikat membayang-bayangi rencana pemungutan suara oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk mewujudkan resolusi gencatan senjata antara Israel dengan Hamas di Gaza.
Pemungutan suara ini akan berlangsung pada Selasa (20/2/2024) esok setelah Israel berupaya memperluas serangan daratnya ke Kota Rafah di Gaza Selatan.
Saat ini lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan di Kota Rafah.
“Situasi di Gaza merupakan bukti mengerikan atas kebuntuan hubungan global,” ujar Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres.
Amerika Serikat (AS) mengisyaratkan akan memveto rencana pemungutan suara tersebut karena dianggap membahayakan “perundingan sensitif” yang bertujuan untuk menengahi jeda perang.
“Amerika Serikat tidak mendukung tindakan terhadap rancangan resolusi ini. Jika resolusi tersebut dihasilkan melalui pemungutan suara sebagaimana dirancang, maka resolusi tersebut tidak akan diadopsi,” kata Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield.
Sebelumnya, AS telah dua kali memveto tindakan DK PBB sejak 7 Oktober 2023 terkait resolusi gencatan senjata Israel-Hamas.
Baca juga: PM Qatar: Gencatan Senjata Tak Menjanjikan, Hamas Ingin Bantuan Kemanusiaan Diizinkan Masuk ke Gaza
Namun, Washington juga abstain sebanyak dua kali, sehingga memungkinkan DK PBB untuk mengadopsi resolusi yang bertujuan untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Gaza dan menyerukan jeda kemanusiaan yang mendesak dan berkepanjangan dalam pertempuran.
“Sangat penting bagi pihak-pihak lain untuk memberikan kesempatan terbaik bagi keberhasilan proses ini, daripada memaksakan tindakan yang justru menempatkannya dan peluang bagi resolusi permusuhan yang berkelanjutan,” kata Thomas-Greenfield.
Baca juga: Presiden Brasil Kecam Israel, Samakan Genosida di Gaza dengan Perlakuan Hitler
Perang Gaza dimulai ketika Hamas yang menguasai Gaza menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 253 orang, menurut penghitungan Israel.
Israel kemudian melancarkan serangan militer ke Gaza yang menurut otoritas kesehatan Palestina yang dikelola Hamas telah menewaskan lebih dari 28.000 warga sipil Palestina dan ribuan mayat dikhawatirkan hilang di tengah reruntuhan.